Sebuah blok regional Afrika mengatakan pemerintah Sudan Selatan sudah menyepakati gencatan senjata, langkah yang dapat membantu mengakhiri pertempuran antar etnis yang telah menewaskan lebih dari seribu orang bulan ini.
Otoritas Antar Pemerintah Bidang Pembangunan (IGAD) mengumumkan keputusan tersebut pada akhir KTT hari Jumat (27/12) di Nairobi, Kenya. Kelompok itu mendesak para pendukung mantan wakil presiden Rick Machar untuk membuat komitmen serupa. Machar tidak menghadiri pertemuan puncak itu, dan belum memberikan komentar.
Dalam perkembangan lain hari Jumat, tentara tambahan pertama datang untuk memperkuat pasukan perdamaian PBB di Sudan Selatan. Menurut PBB 72 polisi Bangladesh telah tiba di Sudan Selatan dari Republik Demokratik Kongo.
Dewan Keamanan PBB pekan lalu melalui pemungutan suara sepakat memperkuat pasukan perdamaian di Sudan Selatan dari delapan ribu menjadi hampir 14 ribu orang.
Pertempuran berkobar di Sudan Selatan awal bulan ini, setelah Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakil presiden Rick Machar berupaya melakukan kudeta. Machar mengatakan aksi kekerasan itu merupakan akibat penyingkiran saingan-saingan politik Presiden Kiir.
Aksi kekerasan dengan cepat menjadi pertentangan antar suku, di mana anggota suku Dinka – suku Presiden Kiir – bentrok dengan suku Nur – suku Machar.
Dalam KTT hari Jumat, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mendesak kedua pihak untuk mengupayakan kompromi. Uhuru Kenyatta juga mengatakan aksi kekerasan itu bisa mengancam stabilitas kawasan.
Sebelumnya Presiden Kiir dan Machar keduanya mengatakan mereka siap berdialog, tetapi pemerintah menolak tuntutan Machar agar para pemimpin kelompok oposisi yang ditahan dibebaskan terlebih dahulu.
Hari Jumat – kantor berita Reuters mengatakan pasukan pemerintah berhasil mengalahkan para pejuang yang setia kepada Machar di Malakal, di kawasan Uper Nile yang kaya minyak.
Sementara itu, seorang wartawan yang tinggal di Sudan Selatan menggambarkan pengalaman yang mengerikan yang terjadi setelah aksi kekerasan memicunya melarikan diri ke hutan di dekatnya.
Manyang David Mayar memberitahu VOA hari Jumat ia menderita luka tembak sewaktu ia da keluarganya kembali ke kampung halamannya di Bor hari Kamis. Mayar mengatakan secara tidak disengaja ia ditembak pasukan pemerintah yang tampaknya mabuk.
Mayar dirawat di kompleks PBB di Bor. Ia mengatakan keluarganya lari bersembunyi pekan lalu setelah pertempuran pecah di kawasan itu.
Awal bulan ini tentara pemberontak menguasai sebentar Bor – ibukota negara bagian Jonglei.
Mayar mengatakan ribuan orang lari ke hutan di mana banyak yang bertahan tanpa bantuan kemanusiaan dasar. Mayar menambahkan ketika ia kembali, kota itu benar-benar hancur. Mayar juga melihat beberapa mayat bergelimpangan di jalan.
Sebelumnya PBB hari Kamis mengatakan pihaknya berharap bisa menempatkan pasukan pemelihara perdamaian di Sudan Selatan dalam waktu 48 jam.
Utusan Khusus PBB Untuk Sudan Selatan Hilde Johnson menegaskan perlunya mendorong kehadiran PBB “dengan kecepatan yang tiada taranya”. Ia menambahkan lebih dari 50 ribu warga sipil telah mengungsi di pangkalan-pangkalan PBB di Sudan Selatan sejak pertempuran terjadi. Johnson juga mendesak para pemimpin politik negara itu untuk mengekang pasukan mereka dan bekerja demi mencapai perdamaian.
Otoritas Antar Pemerintah Bidang Pembangunan (IGAD) mengumumkan keputusan tersebut pada akhir KTT hari Jumat (27/12) di Nairobi, Kenya. Kelompok itu mendesak para pendukung mantan wakil presiden Rick Machar untuk membuat komitmen serupa. Machar tidak menghadiri pertemuan puncak itu, dan belum memberikan komentar.
Dalam perkembangan lain hari Jumat, tentara tambahan pertama datang untuk memperkuat pasukan perdamaian PBB di Sudan Selatan. Menurut PBB 72 polisi Bangladesh telah tiba di Sudan Selatan dari Republik Demokratik Kongo.
Dewan Keamanan PBB pekan lalu melalui pemungutan suara sepakat memperkuat pasukan perdamaian di Sudan Selatan dari delapan ribu menjadi hampir 14 ribu orang.
Pertempuran berkobar di Sudan Selatan awal bulan ini, setelah Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakil presiden Rick Machar berupaya melakukan kudeta. Machar mengatakan aksi kekerasan itu merupakan akibat penyingkiran saingan-saingan politik Presiden Kiir.
Aksi kekerasan dengan cepat menjadi pertentangan antar suku, di mana anggota suku Dinka – suku Presiden Kiir – bentrok dengan suku Nur – suku Machar.
Dalam KTT hari Jumat, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mendesak kedua pihak untuk mengupayakan kompromi. Uhuru Kenyatta juga mengatakan aksi kekerasan itu bisa mengancam stabilitas kawasan.
Sebelumnya Presiden Kiir dan Machar keduanya mengatakan mereka siap berdialog, tetapi pemerintah menolak tuntutan Machar agar para pemimpin kelompok oposisi yang ditahan dibebaskan terlebih dahulu.
Hari Jumat – kantor berita Reuters mengatakan pasukan pemerintah berhasil mengalahkan para pejuang yang setia kepada Machar di Malakal, di kawasan Uper Nile yang kaya minyak.
Sementara itu, seorang wartawan yang tinggal di Sudan Selatan menggambarkan pengalaman yang mengerikan yang terjadi setelah aksi kekerasan memicunya melarikan diri ke hutan di dekatnya.
Manyang David Mayar memberitahu VOA hari Jumat ia menderita luka tembak sewaktu ia da keluarganya kembali ke kampung halamannya di Bor hari Kamis. Mayar mengatakan secara tidak disengaja ia ditembak pasukan pemerintah yang tampaknya mabuk.
Mayar dirawat di kompleks PBB di Bor. Ia mengatakan keluarganya lari bersembunyi pekan lalu setelah pertempuran pecah di kawasan itu.
Awal bulan ini tentara pemberontak menguasai sebentar Bor – ibukota negara bagian Jonglei.
Mayar mengatakan ribuan orang lari ke hutan di mana banyak yang bertahan tanpa bantuan kemanusiaan dasar. Mayar menambahkan ketika ia kembali, kota itu benar-benar hancur. Mayar juga melihat beberapa mayat bergelimpangan di jalan.
Sebelumnya PBB hari Kamis mengatakan pihaknya berharap bisa menempatkan pasukan pemelihara perdamaian di Sudan Selatan dalam waktu 48 jam.
Utusan Khusus PBB Untuk Sudan Selatan Hilde Johnson menegaskan perlunya mendorong kehadiran PBB “dengan kecepatan yang tiada taranya”. Ia menambahkan lebih dari 50 ribu warga sipil telah mengungsi di pangkalan-pangkalan PBB di Sudan Selatan sejak pertempuran terjadi. Johnson juga mendesak para pemimpin politik negara itu untuk mengekang pasukan mereka dan bekerja demi mencapai perdamaian.