Keputusan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir itu merupakan pukulan terbaru terhadap perundingan damai antara pemerintah dan pemberontak di Addis Ababa, yang disponsori oleh blok Afrika Timur – IGAD.
Ketika ditanya VOA apakah ini berarti pertempuran di Sudan Selatan akan terus berlanjut, juru bicara pemberontak Stephen Par mengatakan “tampaknya demikian”.
Usul perjanjian itu ditandatangani hari Senin oleh pemimpin pemberontak Riek Machar dan ketua partai yang berkuasa Pagan Amum, tetapi perjanjian itu tampaknya tidak punya makna apa-apa setelah presiden menolak menandatanganinya.
Lewat akun Twitter pemerintah, Kiir mengatakan “perdamaian yang tidak dapat dipertahankan, tidak perlu ditandatangani”. Kiir juga menulis “jika hari ini ditandatangani dan kembali berperang besok, lalu apa yang kita capai?.”
Perang pecah bulan Desember 2013 setelah perselisihan politik antara Presiden Kiir dan mantan wakil presiden Riek Machar.
PBB mengatakan perang itu telah membuat lebih dari 2,2 juta orang mengungsi, 1,5 juta orang melarikan diri dari tempat tinggal mereka namun masih berada di Sudan Selatan, sementara 730 ribu lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga. Misi PBB di Sudan Selatan mengatakan telah menampung hampir 200 ribu warga sipil di beberapa pangkalan mereka.