Menteri Kesehatan Afghanistan mengumumkan keadaan darurat di Provinsi Herat, Afghanistan barat sekitar waktu ini pada tahun lalu, ketika infeksi pertama virus corona muncul di Afghanistan.
“Dengan kasus positif virus corona yang terkonfirmasi, saya harus memberitahukan bahwa kami telah mengambil tindakan segera untuk mengidentifikasinya. Pasien dirawat inap di rumah sakit standar dalam karantina dan tanpa komunikasi dengan pihak luar,” ujarnya.
Wabah virus corona mengakibatkan sejumlah warga Afghanistan yang tinggal di Iran kembali ke Afghanistan dalam jumlah yang mencapai rekor. Ketakutan terhadap pandemi juga memaksa pemerintah Afghanistan menutup perbatasannya dengan Iran dan Pakistan.
Di Pakistan, COVID-19 menyebabkan lebih dari 13.000 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins.
Pandemi virus corona mengakibatkan sejumlah penduduk mencari cara perawatan dalam bentuk apa pun, bahkan obat herbal yang belum terbukti kemanjurannya tersedia secara luas.
Saleem Khan, salah seorang petani mengungkapkan, “Saya mendengar dari para tetua kami bahwa ekstrak bawang putih dan jahe sangat baik untuk virus. Kami sekarang menggunakannya dan itu akan membantu kami.”
Walaupun jumlah kematian akibat COVID-19 di Bangladesh kurang dari 9.000, tantangan terbesar negara itu selama pandemi adalah mengelola virus di kamp-kamp pengungsi Rohingya yang sangat padat. Tanpa akses ke dunia luar, rumor yang tidak akurat dengan mudah menyebar di antara kamp-kamp pengungsi lainnya.
Salah seorang pengungsi Rohingya di Cox Bazar mengemukakan, “Saya mendengar jika seseorang terkena virus, tangan dan kaki mereka akan menjadi cacat. Dan jika ada air liur yang menetes melalui mulut, orang yang terinfeksi akan mulai menggonggong seperti anjing.”
Akan tetapi langkah-langkah pendidikan segera diberlakukan sebagaimana yang dilakukan Dr. Saiful Islam dari Hope Field Hospital untuk meningkatkan kesadaran melalui warga Rohingya yang terpelajar dan tinggal di kamp.
Pada musim panas, negara-negara di Asia Selatan dan Tengah mulai melonggarkan beberapa pembatasan lockdown Atau PSBB. Di Turki, sejumlah masjid mengadakan sholat berjamaah dan bisnis mulai dibuka kembali meski sebagian besar warga masih mengenakan masker dan menjaga jarak.
Restoran mulai berinovasi dengan menemukan cara untuk membuat para pelanggan merasa aman.
Pandemi juga berdampak baik pada manusia. Di kota Sulaymaniyah di Irak utara, sebuah kelompok amal menyumbangkan makanan kepada keluarga-keluarga yang kehilangan pekerjaan.
Tim robotik anak perempuan Afghanistan mengalihkan fokus pada pengadaan ventilator bagi rumah sakit setempat, dan pabrik garmen di Irak mulai membuat masker. Sementara di Turki, siswa sekolah-sekolah kejuruan mulai membuat disinfektan.
“Karena krisis ini, kami menghentikan produksi bahan pembersih lain dan mulai memproduksi disinfektan,” kata kepala sekolah Sezai Göçmen.
Sementara infeksi virus corona menurun di negara-negara Asia Selatan dan Tengah, masyararakat di kawasan itu berharap peluncuran vaksin pada akhirnya dapat mengakhiri pandemi COVID-19 yang mematikan. [mg/lt]