Meski pemerintah pusat berkali-kali meminta percepatan vaksinasi, pelaksanaannya di daerah terus tersendat karena ketiadaan stok. Kementerian Kesehatan mengakui kendala utamanya adalah kiriman dari produsen yang datang dalam jumlah terbatas.
Kementerian Kesehatan mencatat sampai saat ini Indonesia sudah menerima kiriman 151,9 juta dosis vaksin. Jumlah itu hanya 30 persen dari total kebutuhan, yang mencapai lebih dari 460 juta dosis.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengaku sudah menerima keluhan pemerintah daerah terkait persoalan ini.
"Kita ketahui di bulan Juli ini beberapa daerah mengatakan mereka belum bisa memberikan vaksin karena vaksinnya belum dikirim dari pusat, karena memang kita ketahui jumlah vaksin yang kita terima 151,9 juta itu sebenarnya masih kurang lebih 30 persennya dari kebutuhan kita,” kata Nadia dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, Selasa (28/7).
Indonesia baru saja menerima kiriman vaksin Sinovac sebanyak 21,2 juta dosis, yang diklaim sebagai jumlah kiriman terbesar. Biasanya, produsen ini hanya mengirimkan antara 10 juta hingga 15 juta dosis dalam sekali kirim. Vaksin yang diterima pekan ini, kata Nadia, akan digunakan pada Agustus mendatang untuk meningkatkan jumlah dosis yang bisa disuntikan.
Nadia menambahkan, total 462 juta dosis baru akan bisa dipenuhi pengirimannya oleh produsen sampai dengan Desember 2021. Karena itulah, dengan stok total seluruh merek vaksin antara 50 juta hingga 70 juta dosis, pemberian suntikan harus dilakukan bertahap. Jumlah warga yang bisa disuntik adalah separuh dari jumlah dosis tersedia. Kemenkes berharap kiriman pada Oktober hingga Desember bisa mencapai 80 juta dosis per bulan.
“Di bulan Juli ini kita mendapatkan total 54 juta dosis, terdiri dari Sinovac bentuk bulk 39,2 juta dosis, Astrazeneca 6,7 juta dosis, Sinopharm untuk vaksinasi gotong-royong itu 4 juta dosis dan Moderna 4,5 juta dosis,” tambah Nadia.
Daerah Tunggu Kenaikan Kiriman
Saat ini, hanya empat provinsi, yaitu DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali dan Sulawesi Utara, yang bisa melakukan vaksinasi di atas 50 persen. Provinsi lain masih harus menyiasati kekurangan jatah vaksin, yang seolah berbanding terbalik dengan antusiasme masyarakat mengikuti program ini. Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, hingga saat ini baru mencapai 36,4 persen sasaran vaksinasi tahap pertama. Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji berharap ada percepatan di bulan-bulan mendatang.
“Kalau bisa kita lakukan percepatan, nanti September selesai, begitu ya. Kalau bisa kita akan melakukan percepatan, tapi ini kan juga sangat tergantung dari ketersediaan vaksin dari Kementerian Kesehatan,” kata Baskara Aji.
Dengan jumlah penduduk sekitar 3,6 juta jiwa, Yogyakarta menargetkan 70 persen warganya atau 2,8 juta jiwa tervaksinasi. Untuk dosis pertama, sampai saat ini vaksinasi sudah dilakukan kepada 1.047.779 orang atau 36,4 persen. Sedangkan suntikan dosis kedua baru mencapai 409.996 orang, atau 14,2 persen.
“Ini sudah semuanya. Termasuk yang anak dan pelajar, dan ini kita terus melakukan vaksinasi massal. Paling tidak kita targetnya kalau bisa satu hari itu 14 ribu orang. Targetnya memang 20 ribu, tapi kemampuan kita sekitar 14 ribu perhari,” tambah Baskara Aji.
Saat ini, DIY menerima kiriman sebanyak 14.300 vial atau 143 ribu dosis.
Dalam keterangan resminya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya menerima kiriman 700 ribu dosis vaksin pekan ini. jumlah itu terdiri dari Astrazeneca 27 ribu vial dan Sinovac 50 ribu vial. Padahal, kata Ganjar, target mereka sebenarnya adalah 2,4 juta dosis vaksinasi setiap pekan.
“Saya sih permintaannya 2,4 juta dosis vaksin setiap Minggu, dan kita siap. Infrastruktur kita enggak kurang. Tinggal nunggu vaksinnya saja, dan Alhamdulillah perhatian dari Menkes sudah ada kita ditambah bahkan presiden aja telepon saya langsung untuk percepatan ini,” tegasnya.
Terbalik dengan soal ketersediaan yang rendah, Ganjar menyebut antusiasme masyarakat di Jawa Tengah untuk vaksin sebenarnya sangat tinggi.
“Kalu saya ngelihat antusiasme masyarakat untuk divaksin itu bagus di Jawa tengah, jadi ini saya temukan di hampir semua tempat yang saya kunjungi selama kami berkunjung di komplit 35 kabupaten kota,” paparnya. [ns/ab]