Sementara AS menjelang peringatan 20 tahun serangan teror 11 September yang menewaskan hampir 3.000 orang, banyak warga Amerika menyatakan peristiwa ini masih memengaruhi kehidupan mereka. Hal itu diindikasikan dari hasil survei Gallup.
Survei itu mendapati bahwa sekarang ini, 26 persen warga Amerika “menyatakan keengganan” untuk terbang, 27 persen merasakan keengganan untuk pergi ke gedung-gedung pencakar langit, dan 36 persen merasakan hal serupa mengenai bepergian ke luar negeri. Tiga puluh tujuh persen merasa tidak nyaman menghadiri acara yang melibatkan kerumunan besar.
Tidak lama setelah serangan, angka-angka tersebut masing-masing adalah 43 persen, 35 persen, 48 persen dan 30 persen.
Warga Amerika berpenghasilan rendah yang berusia di atas 50 dan tidak memiliki gelar sarjana lebih besar kemungkinannya untuk merasa enggan terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut.
Survei, yang dilakukan sebelum serangan maut di bandara Kabul pada 26 Agustus lalu, juga mendapati warga Amerika “secara signifikan lebih kecil kemungkinannya menyatakan AS menang dalam perang melawan terorisme.”
Sepuluh tahun silam, 42 persen menyatakan AS menang, dibandingkan dengan 28 persen sekarang ini. “Menurunnya keyakinan bahwa AS memenangkan perang tampak jelas di semua kelompok partai politik,” kata Gallup.
Survei lain mendapati bahwa orang Amerika “telah berkurang kepercayaannya” terhadap kemampuan pemerintah dalam melindungi warganya.
“Sebelum serangan 26 Agustus terhadap pasukan AS di bandara Kabul, mayoritas orang Amerika, 59 persen, sangat (18 persen) atau agak (41 persen) percaya pemerintah AS dapat melindungi warganya dari terorisme,” kata Gallup. “Tingkat kepercayaan ini secara signifikan lebih rendah daripada angka pada tahun 2011 (75 persen) dan beberapa hari setelah serangan teror 11 September (88 persen).”
Survei itu juga mendapati bahwa 36 persen orang Amerika “menyatakan mereka sangat atau agak khawatir menjadi korban terorisme.” Angka itu sama 10 tahun silam, tetapi turun dari 51 persen tidak lama setelah serangan 9/11.
Hasil jajak pendapat itu didasarkan pada wawancara telepon yang dilakukan pada 2 hingga 17 Agustus, dengan sampel acak 1.006 orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, yang tinggal di seluruh 50 negara bagian dan District of Columbia. [uh/ab]