Film dokumenter ‘the Look of Silence’ atau ‘Senyap’ garapan sutradara Joshua Oppenheimer yang bercerita mengenai pembantaian massal tahun 1965, berhasil meraih nominasi Academy Awards atau Oscar 2016 untuk kategori film dokumenter terbaik. Ini merupakan nominasi Oscar yang ke-2 bagi Oppenheimer, setelah sebelumnya ia mendapat nominasi untuk film dokumenter ‘the Act of Killing' atau 'Jagal' pada tahun 2014.
“Saya sangat bangga terhadap semua yang terlibat dalam penggarapan film ini. Ini sangat bagus untuk perfilman Indonesia,” papar Joshua Oppenheimer ketika dihubungi oleh VOA beberapa jam setelah nominasi Oscar 2016 diumumkan.
Film ‘the Look of Silence’ menyoroti pria bernama Adi Rukun yang mengkonfrontasi orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya pada tahun 1965. Ini merupakan film Indonesia pertama yang pernah meraih nominasi Oscar. Berbeda dengan ‘the Act of Killing’ yang memang melibatkan sineas Indonesia, untuk film ini Oppenheimer bekerja sama langsung dengan rumah produksi Indonesia.
“Kami bisa mendapatkan nominasi Oscar yang pertama untuk Indonesia berkat keberanian dari para kru film di Indonesia dan tokoh utama, Adi Rukun yang penuh empati, bijaksana, dan baik hati. Saya sangat bahagia,” ujar sutradara kelahiran Texas tahun 1974 ini.
Film ini kembali melibatkan sineas Indonesia ‘anonim’ yang identitasnya dirahasiakan untuk keselamatan. Bukan hanya sebagai ko-produser dan asisten sutradara, anonim juga bertanggung jawab akan kelancaran produksi film ini di Indonesia dan juga keselamatan dari semua yang terlibat dalam penggarapan film ini, termasuk Adi Rukun beserta keluarganya.
“Kami harus selalu menyediakan mobil untuk Adi agar ia bisa segera dilarikan dari sebuah konfrontasi sebelum kami selesai syuting agar ia terhindar dari bahaya atau diserang oleh pelaku kejahatan. Keluarga Adi harus selalu kami siapkan untuk dievakuasi selama konfrontasi berlangsung,” jelas Oppenheimer.
Walaupun film banyak menimbulkan pro dan kontra ini sungguh mencekam dan penuh resiko untuk digarap, menurut Oppenheimer ‘the Look of Silence’ bisa menyembuhkan luka lama. Setelah sebelumnya film ‘the Act of Killing’ berhasil membuka ruang diskusi di tingkat nasional, melalui film ‘the Look of Silence,’ masyarakat kini membahas lebih dalam lagi mengenai kejahatan HAM di era tersebut untuk mengungkap kebenaran dan keadilan menuju rekonsiliasi.
“Seluruh orang Indonesia, termasuk puluhan ribu saudara dari para pelaku kejahatan yang sudah menonton film ini ingin menyembuhkan luka mereka. Mereka menginginkan rekonsiliasi agar mereka tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan dan tidak perlu takut untuk mengungkap kebenaran,” kata Oppenheimer.
Melalui nominasi Oscar ini, Oppenheimer berharap agar lebih banyak lagi orang Indonesia yang menonton film ini dan pelajari lebih jauh mengenai tragedi 1965.
“Harapan saya lainnya adalah semoga pemerintahan presiden Jokowi mengakui apa yang terjadi pada tahun 1965 sebagai kejahatan terhadap HAM. Bertanggung-jawablah atas apa yang pernah terjadi dan bentuk komisi kebenaran yang jujur untuk menuju keadilan dan rekonsiliasi, sehingga penyembuhan luka lama bisa terlaksana,” ujar Oppenheimer.
Selain nominasi Oscar 2016, film ‘the Look of Silence’ juga mendominasi kemenangan di berbagai ajang penghargaan film internasional lainnya, salah satunya 2016 Cinema Eye untuk kategori produser terbaik, sutradara terbaik, dan film dokumenter terbaik.
Di ajang Oscar 2016 yang akan berlangsung 28 Februari mendatang, ‘the Look of Silence’ akan bersaing melawan film ‘Amy,’ ‘Cartel Land,’ ‘What Happened, Miss Simone?’ dan ‘Winter on Fire: Ukraine’s Fight for Freedom.’