Lebih dari 50 negara, yang dipimpin oleh Swiss, akan meminta Dewan Keamanan PBB hari Senin agar mengajukan Suriah ke Mahkamah Kejahatan Internasional, tindakan yang akan meratakan jalan bagi tuntutan kejahatan perang.
Sepucuk surat yang diperoleh Associated Press menyebut sebagai dasar temuan dewan pakar PBB yang mendokumentasikan penyiksaan, kekerasan seksual dan penghukum-matian sewenang-wenang yang terjadi di Suriah sejak awal pergolakan bulan Maret tahun 2011.
Sementara kekerasan berlanjut, organisasi-organisasi kemanusiaan meminta kepada masyarakat internasional agar meningkatkan bantuan bagi pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat krisis itu.
Kekerasan berlanjut hari Minggu sementara pesawat tempur Suriah membom pinggiran kota Damaskus, menewaskan sedikitnya sembilan orang, termasuk sejumlah anak-anak, dalam serangan pemerintah untuk memukul mundur pemberontak dari daerah-daerah strategis sekeliling ibukota.
Laporan oposisi “Damaskus Media Center” menyebut sebanyak 36 orang tewas dalam serangan itu, termasuk 14 anak-anak. Laporan tersebut tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan korban jiwa tersebut jatuh ketika peluru artileri meledak di daerah Ghouta, di pinggir ibukota. Gambar-gambar video menunjukkan perempuan menangis dekat jenazah anak-anak yang terpotong-potong dan tergeletak di lapangan berlumpur dekat pangkalan udara di pinggir kota Muleiha.
Seorang anggota kelompok itu mengatakan pasukan Presiden Bashar al-Assad menyerang daerah-daerah kaum sipil dalam usaha memperlemah dukungan bagi pemberontak.
Komite Bantuan Internasional mengeluarkan laporan baru hari Senin (14/1) yang memperingatkan bahwa kawasan itu menghadapi bencana kemanusiaan yang luas. Komite itu memberi garis besar tantangan yang dihadapi pengungsi untuk memperoleh perawatan kesehatan, termasuk perlindungan terhadap kekerasan seksual yang telah mencapai “tingkat mengerikan” yang disebut banyak keluarga Suriah sebagai alasan untuk melarikan diri dari negaranya.
Sepucuk surat yang diperoleh Associated Press menyebut sebagai dasar temuan dewan pakar PBB yang mendokumentasikan penyiksaan, kekerasan seksual dan penghukum-matian sewenang-wenang yang terjadi di Suriah sejak awal pergolakan bulan Maret tahun 2011.
Sementara kekerasan berlanjut, organisasi-organisasi kemanusiaan meminta kepada masyarakat internasional agar meningkatkan bantuan bagi pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat krisis itu.
Kekerasan berlanjut hari Minggu sementara pesawat tempur Suriah membom pinggiran kota Damaskus, menewaskan sedikitnya sembilan orang, termasuk sejumlah anak-anak, dalam serangan pemerintah untuk memukul mundur pemberontak dari daerah-daerah strategis sekeliling ibukota.
Laporan oposisi “Damaskus Media Center” menyebut sebanyak 36 orang tewas dalam serangan itu, termasuk 14 anak-anak. Laporan tersebut tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan korban jiwa tersebut jatuh ketika peluru artileri meledak di daerah Ghouta, di pinggir ibukota. Gambar-gambar video menunjukkan perempuan menangis dekat jenazah anak-anak yang terpotong-potong dan tergeletak di lapangan berlumpur dekat pangkalan udara di pinggir kota Muleiha.
Seorang anggota kelompok itu mengatakan pasukan Presiden Bashar al-Assad menyerang daerah-daerah kaum sipil dalam usaha memperlemah dukungan bagi pemberontak.
Komite Bantuan Internasional mengeluarkan laporan baru hari Senin (14/1) yang memperingatkan bahwa kawasan itu menghadapi bencana kemanusiaan yang luas. Komite itu memberi garis besar tantangan yang dihadapi pengungsi untuk memperoleh perawatan kesehatan, termasuk perlindungan terhadap kekerasan seksual yang telah mencapai “tingkat mengerikan” yang disebut banyak keluarga Suriah sebagai alasan untuk melarikan diri dari negaranya.