Marinir Taiwan menggelar latihan, Kamis (16/1) sebagai bagian dari serangkaian latihan militer menyusul terpilihnya kembali Presiden pro-independen Tsai Ing-wen.
Latihan berfokus pada usaha menetralisir ancaman dari beberapa kelompok kecil penyerang dengan menggunakan senjata api kecil dan perkelahian tangan kosong.
Seperti halnya latihan-latihan semacam itu, musuh yang diasumsikan adalah China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan harus dikontrol, jika perlu secara paksa.
Seorang juru bicara untuk Kantor Urusan Kabinet China di Taiwan menegaskan kembali ancamannya pada hari Kamis terkait komentar Tsai kepada BBC bahwa Taiwan tidak punya alasan untuk mendeklarasikan kemerdekaan karena sudah menjadi sebuah negara yang berdaulat. Secara resmi diperkenalkan sebagai Republik Cina, Taiwan memisahkan diri dari China daratan pada perang saudara tahun 1949.
Ma Xiaoguang, juru bicara itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Taiwan merupakan bagian suci yang tak terpisahkan dari China. Tekad kami untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah sangat kokoh, dan kami tidak akan membiarkan siapa pun, organisasi dan partai politik mana pun, kapan pun, dengan cara apa pun, memecah wilayah China. ”
Latihan-latihan lain sebelumnya pada pekan ini menampilkan angkatan udara Taiwan, yang mengalami perombakan besar setelah dilengkapi jet tempur F-16 terbaru buatan AS dan teknologi-teknologi canggih lainnya.
China jauh lebih unggul dalam hal jumlah pesawat dan kapal tempur serta rudal yang dapat mengancam Taiwan. Hal ini mendorong Taiwan meningkatkan pertahanan dengan solusi-solusi berteknologi tinggi. China secara berkala meningkatkan intimidasi militernya dengan patroli udara yang mengitari wilayah Taiwan, latihan militer di sepanjang Selat Taiwan dan pengoperasian kapal induk di perairan yang memisahkan Taiwan dari China daratan. [mg/ab]
