Para dokter yang merawat pemimpin oposisi yang juga mantan perdana menteri Khaleda Zia di Bangladesh mengatakan bahwa jiwanya terancam karena pemerintah tidak mengizinkannya meninggalkan negara itu untuk mendapatkan perawatan medis darurat di luar negeri.
“Menderita karena sirosis hati stadium lanjut, Khaleda Zia berisiko tinggi meninggal dunia dan ia sangat membutuhkan cangkok hati di fasilitas medis canggih multidisiplin di luar negeri,” kata Dr Fakhruddin Mohammad Siddiqui, anggota dewan medis yang merawat Zia, 78, dalam konferensi pers di Dhaka, Senin.
“Cangkok hati tidak dapat dilakukan di sembarang rumah sakit di Bangladesh. Kami telah kehabisan semua opsi pengobatan yang tersedia di Bangladesh. Dengan kondisi medis yang rumit, terbaring di rumah sakit di Dhaka, ia berada dalam kondisi hidup dan mati.”
Zia, ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), partai oposisi terbesar di negara itu, dan pernah dua kali menjabat perdana menteri, dijatuhi hukuman 17 tahun penjara karena divonis bersalah dalam dua kasus korupsi. Zia yang telah berada dalam tahanan rumah sejak 2020 itu dilarang meninggalkan negaranya.
Pekan lalu, seraya menyebut ketentuan hukum, PM Sheikh Hasina menolak permohonan keluarga Zia agar ia diizinkan ke Jerman untuk mendapatkan cangkok hati.
Selama puluhan tahun, Zia dan Hasina, ketua partai Liga Awami yang berkuasa, bergantian memimpin pemerintahan. Mereka telah lama menjadi musuh bebuyutan dan keduanya dijuluki “Begum yang Saling Berperang” dalam politik Bangladesh.
Sejak 2009, sewaktu Hasina menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya, partainya menang dalam semua pemilihan nasional dan ia tetap berkuasa selama 14 tahun ini.
Para pemimpin BNP menuduh bahwa dakwaan korupsi yang membuat Zia divonis bersalah dan akhirnya dihukum penjara pada tahun 2018 adalah dakwaan palsu dan bermotif politik.
Masa hukuman penjara Zia ditangguhkan oleh pemerintah pada Maret 2020 dan ia dibebaskan bersyarat dari penjara, mengingat ia berisiko terinfeksi COVID-19. Hukuman terhadapnya ditangguhkan dengan syarat bahwa apa pun situasinya ia tidak akan diizinkan untuk bepergian keluar negeri.
Setelah Zia dibebaskan dari penjara pada tahun 2020, tim dokternya melaporkan bahwa penyakit diabetesnya memburuk dan ia mengalami sakit ginjal, jantung dan organ-organ lainnya. Tim dokternya curiga ia tidak mendapat perawatan medis yang layak sewaktu berada di penjara selama dua tahun lebih.
Selama dua tahun terakhir, keluarga Zia telah mengirim sedikitnya enam permohonan resmi, termasuk yang dikirim 30 September lalu, untuk meminta agar ia diizinkan ke luar negeri untuk menjalani perawatan medis. Semua permintaan itu ditolak oleh Hasina. [uh/ab]
Forum