Taliban, Jumat (29/1) menyatakan perjanjiannya pada Februari 2020 dengan AS dimaksudkan untuk memberi pasukan “penyerbu” Amerika suatu “jalan yang aman” untuk keluar dari Afghanistan, seraya menegaskan bahwa kelompok pemberontak itu mengharapkan peninjauan dokumen itu oleh pemerintahan Presiden Joe Biden tidak akan mengacaukannya.
Sher Mohammad Abbas Stanikzai, deputi ketua tim perunding perdamaian Taliban, mengemukakan pernyataan itu dalam kunjungannya ke Moskow, di mana delegasinya bertemu dengan para pejabat tinggi Rusia.
Stanikzai mengatakan dalam konferensi pers bahwa Taliban menandatangani perjanjian dengan “pemerintah terpilih yang sah di Amerika” dan peninjauan oleh pemerintahan baru AS adalah “keputusan internal mereka.” Tetapi ini tidak berarti Washington meninggalkan perjanjian itu, lanjutnya.
“Dalam sejarah Afghanistan, tak seorang pun pernah memberi jalan yang aman bagi pasukan penyerang asing. Jadi, ini adalah kesempatan baik bagi Amerika karena kami memberi mereka jalan aman untuk keluar berdasarkan perjanjian ini. Kami berharap pada waktu mereka meninjaunya, mereka akan muncul dengan kesimpulan positif serupa,” tegas Stanikzai.
Ia juga menolak dengan menyebut “tuduhan yang sama sekali palsu” bahwa Taliban telah menerima hadiah dari Rusia untuk membunuh tentara AS di Afghanistan.
“Kami tidak memerlukan siapapun untuk memberi kami imbalan karena membunuh warga Amerika. Amerika adalah penyerang dan kami telah membunuh mereka sejak 2001,” kata Stanikzai seraya menekankan perlunya bagi Washington untuk tetap mematuhi jadwal penarikan pasukan yang telah disepakati bersama.
VOA telah meminta komentar dari para pejabat militer AS di ibu kota Afghanistan, Kabul. Sejauh ini, belum ada tanggapan mereka.
Perjanjian AS-Taliban mewajibkan semua tentara Amerika dan NATO untuk meninggalkan Afghanistan selambat-lambatnya bulan Mei dengan imbalan janji Taliban untuk mengambil langkah-langkah kontraterorisme serta janji untuk berunding dengan lawan-lawannya di Afghanistan mengenai suatu kesepakatan politik yang akan mengakhiri secara permanen perang dua dekade di negara itu.
“Jika mereka tetap berada di Afghanistan setelah tenggat yang disepakati ini, kami juga akan membunuh mereka, baik ada imbalan maupun tidak untuk itu. Kami menerima imbalan dari Tuhan. Kami memerangi penjajah tanpa imbalan, tanpa hadiah,” kata Stanikzai. [uh/ab]