Taliban Afghanistan, Kamis (23/6) mengimbau bantuan internasional, sementara negara yang dikoyak perang itu berjuang keras menangani dampak gempa kuat yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang, mencederai lebih banyak lagi, dan menghancurkan hampir 2.200 rumah.
Gempa berkekuatan 6,1 di provinsi-provinsi bagian timur dan tenggara Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan itu terjadi pada Rabu dini hari (22/6). Para pejabat mengatakan bencana itu telah mengubur seluruh keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak, di bawah reruntuhan, di berbagai distrik di provinsi yang paling parah dilanda gempa, Paktika dan Khost.
Hari Kamis, pihak berwenang dan para pekerja berjuang keras untuk memasuki zona bencana, dengan menyebut alasan kurangnya jaringan komunikasi dan jalan yang layak di beberapa daerah termiskin dan paling terpencil di Afghanistan. Daerah-daerah yang paling terdampak itu kurang memiliki infrastruktur yang mampu menahan bencana seperti gempa bumi pekan ini. Ini adalah gempa bumi terburuk dalam dua dekade.
Hujan lebat dan tanah longsor juga menghambat upaya penyelamatan, memaksa keluarga yang mengungsi menghabiskan malam d luar tempat penampungan.
Direktur kesehatan provinsi Hematullah Esmat mengatakan kepada media lokal bahwa sedikitnya 3.000 keluarga memerlukan bantuan kemanusiaan darurat di Paktika saja.
Abdul Qahar Balkhi, juru bicara kementerian luar negeri Taliban di Kabul mengatakan bahwa para korban sangat membutuhkan makanan, air minum, obat, tim medis keliling, baju hangat dan tempat mengungsi.
“Tetapi yang lebih penting adalah bagi AS agar mengakhiri sikap tidak berperasaan terhadap kehidupan warga Afghanistan dengan mencabut sanksi-sanksi dan mencairkan aset Afghan agar warga dapat membangun kembali kehidupan mereka yang dihancurkan oleh pendudukan selama dua dekade dan bencana alam terbaru ini,” kata Balkhi kepada VOA.
“Masyarakat dan badan-badan bantuan yang ingin membangun kembali kehidupan keluarga – mayoritas kehilangan satu-satunya pencari nafkah mereka dalam gempa bumi ini – tidak mampu mengirim uang yang sangat diperlukan. Kekejaman tak bermoral ini perlu diakhiri segera,” kata Balkhi.
Ia mengatakan pemerintah dengan cepat mengerahkan beberapa helikopter untuk membantu upaya-upaya penyelamatan, tetapi mereka perlu lebih banyak lagi karena tim-tim penyelamat darurat dan bantuan kemanusiaan harus dikirim melalui udara.
Balkhi menegaskan kembali bahwa mayoritas pesawat Afghanistan “rusak tanpa bisa diperbaiki lagi atau dibawa ke negara ketiga oleh AS” sebelum Taliban merebut kekuasaan pada Agustus lalu.
Program Pangan Dunia PBB (WFP), Kamis (23/6) mengatakan bahwa penilaian pascabencana masih berlangsung. Tetapi organisasi ini telah mengirimkan dengan cepat makanan dan peralatan logistik untuk memberi bantuan darurat bagi kelompok 3.000 keluarga pertama di daerah-daerah yang terdampak.
“Rakyat Afghanistan telah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi setelah puluhan tahun konflik, kekeringan parah dan penurunan ekonomi,” kata Gordon Craig, deputi direktur WFP.
“Gempa hanya akan menambah kebutuhan kemanusiaan sangat besar yang mereka hadapi setiap hari, termasuk bagi hampir 19 juta orang di berbagai penjuru negeri yang menghadapi kelaparan akut dan membutuhkan bantuan,” ujarnya.
Para pejabat Taliban mengatakan truk-truk dan pesawat udara yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya tiba dari Pakistan, Iran dan Qatar, Kamis (23/6). Bantuan tersebut kemudian diangkat ke daerah-daerah yang dilanda bencana, kata mereka.
Kelompok Islamis ini menguasai Afghanistan beberapa hari setelah AS dan mitra-mitra NATO-nya menarik mundur pasukan terakhir mereka pada 30 Agustus, mengakhiri hampir dua dekade intervensi militer asing di negara di Asia Selatan itu. [uh/ka]