Taliban telah menyerahkan sebuah dokumen yang menjabarkan tawaran gencatan senjata sementara di Afghanistan yang berlaku tujuh hingga 10 hari, kata sejumlah pejabat Taliban yang mengetahui perundingan itu, Kamis (16/1).
Tawaran itu dipandang sebagai peluang untuk membuka jendela bagi kesepakatan perdamaian yang memungkinkan AS membawa pulang pasukannya dan mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 18 tahun.
Tawaran gencatan senjata itu diserahkan ke Zalmay Khalilzad, utusan Washington untuk pembicaraan dengan kelompok pemberontak itu, Rabu malam (15/1) di Qatar, negara Arab di Teluk Persia di mana Taliban memiliki kantor politik.
Khalilzad selama ini memang mengusahakan terciptanya gencatan senjata di Afghanistan. Namun, tidak jelas apakah tawaran Taliban ini memungkinkan dimulainya kembali pembicaraan antara Taliban dan AS yang bertujuan akhir menciptakan kesepakatan perdamaian.
Sebelumnya, Khalilzad mengatakan kesepakatan AS-Taliban akan mencakup perundingan antara kedua pihak yang terlibat konflik di Afghanistan untuk menciptakan peta jalan menuju Afghanistan pasca perang.Peta jalan itu akan menangani berbagai isu seperti gencatan senjata permanen, hak-hak perempuan dan kelompok minoritas, serta nasib ribuan militan Taliban dan kelompok milisi-milisi lainnya.
Namun Taliban menolak berbicara dengan pemerintah Kabul yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani dan Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah. Kedua pemimpin tersebut saat ini sedang berselisih mengenai siapa yang memenangkan pemilu presiden tahun lalu. Perhitungan awal menunjukkan Gani menang namun Abdullah – yang meraih suara terbanyak kedua -- mempertanyakan hasil perhitungan suara. Hasil akhir belum diumumkan Komisi Pemilu Afghanistan. [ab/uh]