Peristiwa luar biasa pada bulan November terjadi ketika menteri luar negeri Iran dan mitra-mitranya dari keenam negara besar dunia mencapai kesepakatan awal tentang pembatasan program nuklir Iran dan pelonggaran sanksi-sanksi ekonomi.
Kesepakatan itu merupakan puncak perubahan dramatis di Iran.
Baru setahun lalu, Presiden Mahmoud Ahmedinejad masih terlibat dalam retorika keras menentang negara-negara Barat dan menolak untuk mengadakan pembicaraan substantif terkait program nuklir, dan kesalahan tata kelola negara dan sanksi ekonomi melumpuhkan perekonomian negara itu.
Kemudian, bulan Juni, rakyat Iran memilih presiden Hassan Rouhani yang secara relatif moderat, menggantikan Ahmadinejad. Dan yang penting lagi, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara terbuka mendukung pendekatan baru Presiden Rouhani.
Semuanya memuncak dalam kesepakatan nuklir di Jenewa pada bulan November.
Seorang pensiunan diplomat Amerika Richard LeBaron, kini bekerja untuk Dewan Atlantik "Saya memandangnya sebagai perbedaan dramatis, tapi saya ingatkan bahwa kita tidak boleh melebih-lebihkan apa yang terjadi."
"Menurut saya tahun 2014 akan menjadi tahun penting untuk menentukan apakah Iran benar-benar berada dalam jalur perubahan strategis. Tapi sejauh ini, menurut saya, ini adalah langkah taktis," tambahnya.
LeBaron memperkirakan berlanjutnya perjuangan internal antara kelompok garis keras dan moderat, selagi Iran didorong membuat lebih banyak konsesi untuk mencapai kesepakatan nuklir jangka panjang.
Tetapi Mark Fitzpatrick dari International Institute for Strategic Studies yang berkantor di London mengatakan setidaknya beberapa bulan mendatang akan dipusatkan pada perundingan, dan tidak berbicara tentang perang.
"Jika program nuklir Iran tidak dihentikan, menurut saya itu akan merupakan kemajuan yang melewati batas yang ditentukan Israel pada musim panas mendatang, dan sangat mungkin kita bisa melihat adanya tindakan militer."
Fitzpatrick dan LeBaron meragukan jaminan pemimpin Iran bahwa mereka tidak bertujuan membangun senjata nuklir. Para ahli mengatakan para pejabat mungkin ingin mempertahankan pilihan untuk masa depan, sementara juga meringankan sanksi guna memuaskan rakyat mereka.
Kesepakatan itu merupakan puncak perubahan dramatis di Iran.
Baru setahun lalu, Presiden Mahmoud Ahmedinejad masih terlibat dalam retorika keras menentang negara-negara Barat dan menolak untuk mengadakan pembicaraan substantif terkait program nuklir, dan kesalahan tata kelola negara dan sanksi ekonomi melumpuhkan perekonomian negara itu.
Kemudian, bulan Juni, rakyat Iran memilih presiden Hassan Rouhani yang secara relatif moderat, menggantikan Ahmadinejad. Dan yang penting lagi, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara terbuka mendukung pendekatan baru Presiden Rouhani.
Semuanya memuncak dalam kesepakatan nuklir di Jenewa pada bulan November.
Seorang pensiunan diplomat Amerika Richard LeBaron, kini bekerja untuk Dewan Atlantik "Saya memandangnya sebagai perbedaan dramatis, tapi saya ingatkan bahwa kita tidak boleh melebih-lebihkan apa yang terjadi."
"Menurut saya tahun 2014 akan menjadi tahun penting untuk menentukan apakah Iran benar-benar berada dalam jalur perubahan strategis. Tapi sejauh ini, menurut saya, ini adalah langkah taktis," tambahnya.
LeBaron memperkirakan berlanjutnya perjuangan internal antara kelompok garis keras dan moderat, selagi Iran didorong membuat lebih banyak konsesi untuk mencapai kesepakatan nuklir jangka panjang.
Tetapi Mark Fitzpatrick dari International Institute for Strategic Studies yang berkantor di London mengatakan setidaknya beberapa bulan mendatang akan dipusatkan pada perundingan, dan tidak berbicara tentang perang.
"Jika program nuklir Iran tidak dihentikan, menurut saya itu akan merupakan kemajuan yang melewati batas yang ditentukan Israel pada musim panas mendatang, dan sangat mungkin kita bisa melihat adanya tindakan militer."
Fitzpatrick dan LeBaron meragukan jaminan pemimpin Iran bahwa mereka tidak bertujuan membangun senjata nuklir. Para ahli mengatakan para pejabat mungkin ingin mempertahankan pilihan untuk masa depan, sementara juga meringankan sanksi guna memuaskan rakyat mereka.