Tiga pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan dua tentara dari pasukan khusus Angkatan Laut AS atau dikenal dengan US Navy SEAL (United States Navy Sea, Air and Land Teams) hilang setelah melakukan misi pendaratan malam pada Kamis (11/1) di lepas pantai Somalia.
Para tentara SEAL itu sedang memanjat untuk menaiki sebuah kapal dalam misi militer interdiksi terpadu ketika salah satu tentara terlempar oleh gelombang tinggi. Berdasarkan protokol pasukan, ketika salah satu anggota terjatuh, anggota SEAL berikutnya akan menyusul.
Kedua anggota SEAL itu masih hilang. Dua pejabat AS mengatakan bahwa misi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung dan perairan di Teluk Aden, tempat mereka beroperasi, bersuhu hangat.
Angkatan Laut AS telah melakukan misi interdiksi rutin, di mana mereka mencegat kapal-kapal yang bermuatan senjata yang menuju ke Yaman yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi.
Menurut kedua pejabat AS itu pada Sabtu (13/1), misi tersebut tidak terkait dengan Operasi Penjaga Kemakmuran, misi AS dan internasional yang sedang berlangsung untuk melindungi kapal-kapal komersial di Laut Merah, atau serangan balasan yang dilakukan AS dan Inggris di Yaman selama dua hari terakhir. Pejabat AS ketiga mengatakan misi SEAL itu juga tidak terkait dengan penyitaan kapal tanker minyak St. Nikolas oleh Iran.
Para pejabat tersebut berbicara tanpa mengungkap nama untuk membahas perincian yang belum dipublikasikan.
Selain melindungi kapal dari serangan pesawat nirawak (drone) dan rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, militer AS juga membantu kapal komersial yang menjadi sasaran pembajakan.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/1), Komando Pusat AS mengatakan pihaknya tidak akan merilis informasi tambahan mengenai insiden pada Kamis (11/1) malam itu sampai misi evakuasi personel selesai.
Para pelaut tersebut dikerahkan ke wilayah operasi Armada ke-5 AS yang mendukung berbagai misi. [ft/ah]