Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan akan terus melakukan pembenahan dan penyempurnaan terhadap gedung Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ), yang telah selesai dibangun pada Desember 2019 lalu. Menurut Risma, terminal intermoda ini akan menjadi titik temu berbagai moda transportasi di seluruh kawasan di Surabaya, serta dapat difungsikan pula sebagai lahan parkir penunjang Kebun Binatang Surabaya.
Terminal Intermoda Joyoboyo ini, kata Risma, menjadi solusi keterbatasan lahan parkir di tengah kota, serta mengurangi kepadatan lalu lintas karena masyarakat diarahkan untuk memanfaatkan lahan parkir yang tersedia dan menggunakan angkutan umum massal.
“Jadi bus, busnya yang di (tujuan) Joyoboyo masuk ke sini, kemudian penumpangnya itu turun, jadi lewat bawah terus ke KBS (Kebun Binatang Surabaya), jadi tidak mengganggu (jalan) di atas, supaya crowdednya bisa kita tata. Nah, kemudian bus (Suroboyo Bus) juga begitu. Sebetulnya ini sudah kita desain, nanti antar moda, termasuk trem, termasuk itu bisa connect dengan di sini (TIJ Joyoboyo),” kata Tri Rismaharini.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad mengatakan, Terminal Intermoda Joyoboyo yang dibangun di lahan seluas sekitar 8.600 meter persegi dengan lima lantai ini, mampu menampung ratusan sepeda motor, mobil pribadi, angkutan umum, bus kota, bus pariwisata, serta Bus Suroboyo yang menjadi angkutan massal berbayar sampah botol plastik. Kelak, Terminal Intermoda Joyoboyo juga akan menjadi tempat transit dan pertemuan arus angkutan umum massal trem dan monorail, yang digagas Pemerintah Kota Surabaya.
“Parkirnya 300 (mobil pribadi) lebih ya, R2 (sepeda motor) 500, sepeda angin 100-an, sekitar 350 ya untuk mobil, ini ada parkir bus pariwisata bisa 16 bus pariwisata, bus kota juga sudah masuk, Suroboyo Bus juga sudah masuk,” papar Irvan Wahyudrajad.
Terminal Intermoda Joyoboyo juga dilengkapi lift, tangga berjalan, tempat berjualan aneka makanan, serta taman bermain anak. Konsep gedung dibuat terbuka dengan sinar matahari yang mudah masuk.
Mengusung konsep sebagai terminal hijau atau green terminal, Terminal Intermoda Joyoboyo menerapkan sistem smart terminal yang memanfaatkan teknologi untuk operasional terminal. Selain itu, air limbah kamar mandi dan wastafel, kata Irvan, digunakan untuk air penyiram tanaman, termasuk taman model green wall yang ada di sisi utara dan selatan gedung.
“Ini mungkin satu-satunya ya, di Indonesia, green terminal, karena kita mengolah air limbah dari kamar mandi, wastafel dan sebagainya, kemudian kita proses, kita jernihkan, kita gunakan kembali untuk flush WC atau toilet, juga untuk menyirami tanaman-tanaman ini, termasuk green wall ini untuk penyiraman secara otomatis,” ujar Irvan.
Sementara itu, Dosen Teknik Sipil Universitas Widya Kartika Surabaya, Agustinus Angkoso mengungkapkan, konsep green building pada setiap bangunan tidak berarti selalu menghadirkan banyaknya tanaman di sekitar gedung. Agustinus yang juga anggota Green Building Council Indonesia dengan sertifikasi Greenship Associates menekankan, bangunan yang berkonsep hijau memperhatikan tata guna lahan dan fungsi bangunan, serta penggunaan sumber daya yang efisien.
“Tata guna lahan diutamakan yang didukung infrastruktur, terus dekat dengan pusat kota, yang bisa men-support aktivitas dari gedung itu sendiri, jadi tidak terlalu jauh intinya. Jadi, ketika mau aktivitas di situ tidak perlu ada pergerakan yang terlalu jauh yang akhirnya menggunakan kendaraan dan sebagainya. Green tidak melulu soal tanamannya, tapi juga kita melihat bagaimana penggunaan sumber daya, terus penggunaan listrik, penggunaan air, itu yang seefisien mungkin,” ungkap Agustinus Angkoso. [pr/uh]