Tembok pemisah Israel di satu sisi, terletak di rumah keluarga Hajajla. Rumah warga Palestina itu terpotong dari batas desa mereka yang terletak di sisi lain, dengan hanya sebuah terowongan yang menghubungkan keduanya.
Masalah tak kunjung usai, kata mereka. Situasi mereka menjadi berita lagi ketika otoritas Israel mengunci gerbang yang mengarah ke terowongan yang menghubungkan rumah mereka ke desa Al-Walajah di Tepi Barat yang diduduki.
Selama lebih dari seminggu, Mohammed Hajajla yang berusia 10 tahun harus berjalan enam kilometer di bawah terik matahari, untuk menempuh perjalanan ke sekolah karena penutupan itu, kata keluarganya.
Pihak berwenang Israel mengatakan, penutupan dilakukan karena keluarga itu diduga mengizinkan penyeberangan ilegal ke Yerusalem dari Tepi Barat melalui terowongan buatan Israel.
Keluarga itu menyangkal dan mengatakan itu adalah contoh pelecehan dari otoritas Israel yang telah mereka alami selama bertahun-tahun.
"Saya tidak akan tunduk. Saya tidak akan patah semangat," kata bapak dari keluarga itu, Omar Hajajla.
Rumah bata itu terletak di sebuah bukit, di seberang lembah dari pemukiman Israel Gilo di pinggiran Yerusalem.
Masalah yang mereka hadapi berawal pada 2010, ketika pembangunan tembok pemisahan Israel yang memotong Tepi Barat itu mencapai daerah mereka. [ps/ft]