Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, Jumat (5/11), pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021 mencapai 3,51 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), tetapi melambat dibandingkan kuartal II yang mencapai 7,07 persen.
Margo menjelaskan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021 disebabkan oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat level 4 untuk meredam penyebaran COVID-19 varian Delta. Penerapan PPKM mengakibatkan penurunan aktivitas masyarakat dari kuartal sebelumnya.
“Yang berpengaruh besar adanya PPKM yang menghambat mobilitas dan akhirnya mengganggu aktivitas ekonomi secara keseluruhan,” papar Margo Yuwono dalam konferensi pers daring, Jumat (5/11/2021).
Penerapan PPKM itu, imbuh Margo, berdampak besar pada sektor transportasi, terutama penerbangan dan pariwasata, yang mengalami penurunan.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III tahun ini, kecuali Pulau Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami kontraksi pertumbuhan 0,09 persen. Namun, Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 57,55 persen mencatat pertumbuhan sebesar 3,03 persen.
Perbaikan ekonomi global
Secara tahunan, perekonomian Indonesia pada Triwulan III 2021 mengalami perbaikan dibandingkan Triwulan II 2020, yang mencatat kontraksi-3.49%, sejalan dengan perbaikan perekonomian global.
Selain itu, harga komoditas makanan dan hasil tambang mengalami peningkatan di pasar internasional. Makanan antara lain minyak kelapa sawit, cokelat, dan kopi, sedangkan tambang seperti timah, nikel, dan alumunium,
"Perekonomian pada mitra dagang yang menjadi tujuan ekspor Indonesia, pada Triwulan 3-2021 menunjukkan pertumbuhan positif," tambah Margo.
Beberapa contoh pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021 tahunan negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia, yaitu Singapura 6,5 persen, China, dan Amerika Serikat (AS) 4,9 persen. Kendati demikian, pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan kuartal II2021. Sementara yang mengalami penurunan, yaitu Vietnam -6,2 persen dari sebelumnya tumbuh 6,6 persen.
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,06 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,16 persen.
Tidak optimal
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2021 tidak optimal akibat lonjakan kasus COVID-19 dan kecilnya konsumsi rumah tangga.
Karena itu, kata Bhima, belanja pemerintah khususnya dalam perlindungan sosial semestinya tidak menurun agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Padahal dalam situasi lonjakan kasus kedua COVID-19 kemarin, belanja pemerintah seharusnya bisa didorong sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Tapi itu tidak dilakukan," tutur Bhima kepada VOA, Jumat (5/11/2021) malam.
Bhima menambahkan momentum Natal dan Tahun Baru diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga dan memulihkan sektor pariwisata sehingga dapat berdampak juga pada pertumbuhan ekonomi.
Namun, momentum tersebut akan bergantung kepada kebijakan pemerintah. Sebab masih ada sejumlah kebijakan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Semisal kewajiban tes antigen untuk penggunaan transportasi darat.
"Itu bisa menjadi hambatan pemulihan di kuartal keempat. Kemudian juga lonjakan Covid-19, kalau terjadi kembali itu akan menurunkan minat wisatawan asing atau domestik," imbuhnya.
Ia menilai pertumbuhan ekonomi masih akan sulit tumbuh seperti sebelum pandemi COVID-19, yaitu sebesar 5 persen.
Bhima memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berkisar 3 persen hingga 3,5 persen secara keseluruhan pada 2021. Kendati demikian, kata dia, pemerintah harus memberikan stimulus tambahan untuk mendorong konsumsi masyarakat dan investasi khususnya sektor padat karya. [sm/ft]