Seorang pejabat kontra terorisme terkemuka di Bangladesh hari Rabu mengatakan orang yang dituduh meledakkan bom pipa di terowongan kereta bawah tanah di kota New York tidak punya hubungan dengan kelompok militan manapun. Monirul Islam mengatakan penyidik telah mewawancarai istri dan orang tua Akayed Ullah sebagai bagian dari penyelidikan mereka.
Ullah usia 27 tahun dijadwalkan hadir pada pengadilan pertamanya hari Rabu (13/12), sehari setelah jaksa federal Amerika mengumumkan tuduhan terorisme terhadapnya. Pihak berwenang mengatakan serangan imigran Bangladesh itu terinspirasi oleh kelompok ISIS.
Tuduhan terhadapnya termasuk mengebom tempat umum dan menggunakan senjata pemusnah massal, masing-masing bisa dikenakan hukuman maksimum, penjara seumur hidup.
Menurut tuduhan yang dipaparkan hari Selasa, Ullah juga dituduh memberi dukungan material kepada ISIS, menghancurkan harta benda dengan menggunakan bahan peledak dan menggunakan perangkat yang merusak untuk tindak kejahatan. Tuduhan-tuduhan ini masing-masing diganjar hukuman lima sampai 30 tahun penjara.
Joon Kim, pejabat Jaksa Amerika untuk Distrik Selatan kota New York, mengumumkan tuduhan itu pada sebuah konferensi pers di New York.
"Kemarin pagi, ketika ribuan orang datang ke kota New York lewat Port Authority, Port Authority Bus Terminal, seorang laki-laki datang dengan hati yang penuh kebencian dan tujuan jahat," kata Kim.
"Di saat jam sibuk ketika penduduk New York bergegas menuju pekerjaan dan sekolah untuk memulai minggu kerja dan menjalankan kesibukan mereka, seorang laki-laki datang untuk membunuh, melukai dan menghancurkan," katanya.
Serangan itu terjadi di sebuah terowongan yang menghubungkan Port Authority Bus Terminal dengan stasiun kereta bawah tanah Times Square. Cuplikan video pemantau menunjukkan penyerang berjalan di antara kerumunan pada jam sibuk, dan tiba-tiba tampak asap memenuhi daerah itu ketika peralatannya tidak berfungsi. laki-laki itu kemudian tampak terbaring di lantai sementara orang-orang bergegas menjauh dari tempat kejadian.
Kim mengatakan Ullah memilih targetnya dan menghitung serangannya untuk "memaksimalkan korban manusia."
Meski demikian bom itu tidak sepenuhnya meledak, menyebabkan Ullah terluka dan tiga lainnya menderita luka ringan.
Ullah hari Selasa masih dirawat di rumah sakit dan Kim mengatakan tuduhan-tuduhan itu secara resmi akan disampaikan kepada Ullah di tempat tidurnya di rumah sakit.
Dalam sebuah wawancara dengan para penyidik di rumah sakit itu, Ullah mengaku telah membuat bom itu dan melancarkan serangan atas nama organisasi teroris ISIS itu.
Menurut tuduhan itu kepada penyelidik UIllah mengatakan "Saya melakukannya demi ISIS."
Ullah juga mengatakan kepada pihak berwenang ia meledakkan bom itu "sebagian karena kebijakan pemerintah Amerika di Timur Tengah."
Dengan tidak adanya kaitan dengan organisasi teroris asing yang diketahui, Ullah tampaknya bertindak sendiri. William Sweeney, asisten direktur FBI untuk kantor di New York, mengatakan kepada wartawan bahwa Ullah tidak muncul dalam peliputan biro itu terhadap kegiatan yang mencurigakan.
Kira-kira setahun yang lalu, menurut tuduhan itu, Ullah mulai mencari tahu cara membuat bom rakitan.
Senin pagi, saat dia menuju ke stasiun Port Authority dengan perangkat yang diikatkan ke tubuhnya, Ullah memasang di halaman Facebook-nya, "Trump, Anda gagal melindungi bangsamu."
Presiden Donald Trump mengatakan serangan Senin menunjukkan perlunya Kongres untuk meloloskan reformasi imigrasi "untuk melindungi rakyat Amerika." [my/jm]