Kepala Polisi Imigrasi Thailand mengatakan seorang wanita muda Saudi yang dihentikan di Thailand ketika dia berusaha melarikan diri ke Australia untuk mencari suaka, tidak akan secara paksa dikirim kembali ke Arab Saudi.
Mayjen Surachate Hakparn mengatakan kepada para wartawan hari Senin (7/1) bahwa Rahaf Mohammad Aqunun akan diizinkan untuk bertemu dengan para pejabat PBB.
Gadis berusia 18 tahun itu melarikan diri dari Kuwait ketika sedang berlibur dengan keluarganya dan tiba di Bandara Suvarnabhumi pada Sabtu malam.
Dia telah mengunci dirinya di dalam kamar hotel bandara dan pada hari Senin mengunggah beberapa cuitan di Twitter berisikan tuntutan agar dia diizinkan untuk bertemu dengan seseorang dari PBB. Dia mengatakan dia akan terus berada di kamar hotel itu sampai PBB membantunya.
Dalam video yang diunggah sebelumnya, Aqunun terlihat mondar-mandir di dalam kamar hotel dan berkata, “Saya hanya ingin selamat.”
“Keluarga saya ketat dan mengurung saya di sebuah ruangan selama enam bulan hanya karena saya memotong rambut saya. Saya 100 persen yakin mereka akan membunuh saya begitu saya keluar dari penjara Saudi.”
Pihak berwenang Thailand tidak mengizinkannya masuk ke negara itu dengan alasan dia tidak punya dokumen perjalanan maupun uang.
Namun Aqunun mengatakan para pejabat Saudi dan Kuwait mengambil paspornya ketika dia tiba, klaim yang dibenarkan oleh Human Rights Watch.
Wakil direktur Human Rights Watch untuk kawasan Timur Tengah Michael Page mengimbau para pejabat Saudi dan Thailand agar tidak meneruskan rencana awal kedua negara itu untuk mengirim Aqunun kembali ke Kuwait pada hari Senin.
Perempuan yang melakukan apa yang disebut kejahatan moralitas kadang-kadang dapat dikenai hukuman mati.
Seorang wanita Saudi lainnya, Dina Lasloom, terbang ke Filipina pada tahun 2017 ketika ia berusaha melarikan diri dari Arab Saudi.
Seorang pejabat keamanan perusahaan penerbangan mengaku melihat Dina Lasloom diseret keluar dari bandara dengan mulut, tangan, dan kakinya diikat dengan lakban begitu dia tiba kembali di Arab Saudi.
Para aktivis hak asasi manusia tidak pernah lagi melihat jejak Dina Lasloom sejak itu. [lt]