Di antara yang ditahan tersebut termasuk tiga warga Thailand, petugas di distrik Sadao, yang berbatasan dengan Malaysia di mana polisi pekan lalu menemukan kuburan massal dengan 26 mayat di dalamnya. Seorang etnis Rohingya dari Myanmar juga ditahan.
Selain penangkapan itu, pejabat-pejabat hari Selasa (5/5) mengatakan menemukan setidaknya satu kamp lagi, yang diduga kamp perdagangan manusia di dekat perbatasan Malaysia, bersama apa yang tampaknya adalah lima kuburan lagi.
Di Washington, pejabat-pejabat Amerika menyerukan penyelidikan cepat dan kredibel atas kematian orang-orang itu, yang sebagian besar diyakini adalah Muslim etnis Rohingya dari Myanmar.
Dalam beberapa tahun ini, orang-orang Rohingya lari dari apa yang menurut mereka adalah persekusi oleh orang Myanmar yang mayoritas Budha, seringkali memberanikan diri melakukan perjalanan laut yang panjang untuk melarikan diri. Menurut organisasi-organisasi hak asasi, pemerintah Thailand tidak banyak berbuat guna menghentikan penyelundup manusia menculik dan menyandera orang-orang migran itu dan menuntut uang tebusan.
"Kamp-kamp ini sebenarnya dikelilingi pejabat-pejabat setempat dan masyarakat yang mendapat uang dari para penyelundup manusia dan pada tingkat yang lebih tinggi, tingkat provinsi misalnya, kami mendapati pejabat-pejabat yang pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi," ujar Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch divisi Asia.
Menanggapi korupsi yang merajalela, warga sipil yang putus asa membentuk pasukan sipil untuk mengusir penyelundup manusia dari desa-desa mereka, seringkali hanya beberapa kilometer dari pantai-pantai wisata. Dengan izin pemerintah, pasukan itu berhasil menyelamatkan beberapa kelompok kecil, umumnya migran Rohingya, tetapi pengalaman mereka menunjukkan betapa sulit menghadapi kawanan-kawanan penyelundup manusia yang sudah mengakar itu.
"Kami tidak bisa menghentikan penyelundupan manusia, tetapi setidaknya kami berusaha menghambat mereka. Tidak seperti dulu. Dulu, penyelundup membawa 40 atau 50 orang Rohingya sekaligus, tetapi kini mereka memecahnya menjadi kelompok-kelompok kecil, sekitar 10 atau 20 tiap kelompok," ujar pimpinan pasukan sipil Cherdchai Papattamayutanon. "Itu semakin menyulitkan kami menangkap mereka."
Para korban yang diselamatkan mengungkapkan, mereka lama menunggu dalam kapal kapal di lepas pantai Thailand, karena penyelundup mencari waktu yang tepat untuk mendarat agar tidak diketahui pihak berwenang.
Tahun lalu, pemerintah Amerika menurunkan Thailand ke tingkat terendah untuk upaya negara itu memerangi penyelundupan manusia. Tetapi temuan-temuan terbaru itu menunjukkan masalahnya mungkin lebih parah dari yang dikhawatirkan pejabat-pejabat.