TikTok, aplikasi video pendek populer China, memangkas jumlah tenaga kerjanya di India setelah ratusan juta penggunanya menutup akun mereka untuk mematuhi larangan pemerintah terhadap lusinan aplikasi China menyusul pertikaian militer antara kedua negara.
“Mengingat kurangnya tanggapan dari pemerintah tentang bagaimana menyelesaikan masalah ini dalam tujuh bulan ke depan, dengan kesedihan yang mendalam kami memutuskan untuk mengurangi tenaga kerja kami di India, '' kata pernyataan TikTok, Rabu (28/1).
Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih jauh, tetapi laporan-laporan media mengatakan perusahaan tersebut memiliki lebih dari 2.000 karyawan di India. Perusahaan pengelola TikTok berharap mendapat kesempatan untuk meluncurkan kembali aplikasi itu di India untuk mendukung ratusan juta pengguna, pendongeng, pendidik, dan seniman.
Pemerintah India Juni lalu mengumumkan larangan 59 aplikasi buatan China, termasuk TikTok, yang dioperasikan oleh perusahaan internet China Bytedance, seiring memburuknya hubungan dengan China. Pemerintah India mengatakan, aplikasi tersebut merugikan kedaulatan dan integritas India.
China mengatakan New Delhi telah menggunakan keamanan nasional sebagai alasan untuk melarang aplikasi-aplikasi ponsel buatan China.
Pemerintah China, Kamis (28/1), mengkritik langkah India untuk melarang Baidu, TikTok dan aplikasi-aplikasi populer China lainnya dan mengimbau New Delhi untuk memulihkan kembali hubungan ekonomi antara kedua negara.
“China menentang tindakan pembatasan diskriminatif terhadap perusahaan China, '' kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng.
Gao tidak menanggapi keluhan India bahwa aplikasi China itu mungkin menjadi ancaman keamanan, tetapi mengatakan Beijing meminta perusahaannya untuk mematuhinya.
Gao mengatakan, Beijing berharap New Delhi dapat menyediakan iklim bisnis yang terbuka, adil, dan non-diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan China sehingga kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral antara kedua negara dapat segera kembali pulih,
Aplikasi-aplikasi milik China telah menemukan pasar yang berkembang pesat di India, di mana beberapa perusahaan China bahkan membuat sejumlah aplikasi khusus untuk masyarakat India yang popularitasnya kemudian meledak.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi memanfaatkan 500 juta pengguna internet di negara itu – nomor dua terbesar setelah China -- sebagai iming-iming untuk menarik investasi raksasa-raksasa teknologi dunia, termasuk Twitter. [ab/uh]