Dua ratus jenis beras dan produk beras yang diteliti kedua kelompok penelitian nirlaba, Consumer Reports dan Badan Pengawasan Pangan dan Obat Amerika (FDA), mengandung berbagai tingkat arsenik dengan bentuk berbeda-beda. Michael Taylor, Deputi Komisaris untuk Pangan pada FDA, mengatakan, "Arsenik adalah zat yang tidak boleh ada dalam makanan, tetapi kami yakin, dengan tingkat yang kami temui, orang tidak perlu khawatir. Orang sebaiknya tetap makan nasi."
Pemerintah Amerika memiliki standar jumlah arsenik yang diperbolehkan dalam air untuk konsumsi manusia, tetapi tidak untuk makanan. Menurut Taylor, FDA khususnya khawatir atas penumpukan paparan arsenik seumur hidup.
"Menurut saya, berdasarkan informasi awal yang kami miliki, kami tidak perlu merekomendasi konsumen mengubah kebiasaan makan mereka. Nasi merupakan makanan pokok yang penting dan sehat bergizi. Menurut saya, semua informasi yang ada sebaiknya dipelajari dulu sebelum membuat keputusan tentang rekomendasi perubahan pola makan," paparnya lagi.
FDA akan menuntaskan kajian menyeluruh terhadap 1.200 sampel beras akhir tahun 2012, lalu akan menentukan apakah akan mengeluarkan rekomendasi tambahan. Namun, Consumer Reports tidak bersikap demikian. LSM itu hanya meneliti 200 sampel beras, tetapi menyimpulkan, supaya aman, orang, terutama bayi, sebaiknya membatasi konsumsi nasi.
Consumer Reports dan pejabat-pejabat FDA sepakat bahwa hasil kajian yang mereka lakukan secara terpisah ternyata serupa, tetapi hanya FDA yang bisa menetapkan standar industri nasional.
Arsenik, dikenal sebagai karsinogen, adalah pencemar yang muncul dalam dua bentuk: organik dan an-organik. Arsenik organik terjadi secara alami dalam tanah dan air. Arsenik non-organik berasal terutama dari pupuk komersial dan pestisida yang digunakan dalam pertanian.
Ami Gadhia dari Consumer Reports mengatakan kadar tertinggi arsenik ditemukan dalam sampel beras dari Amerika selatan-tengah. Kadar arsenik terendah terdapat dalam beras dari California, India dan Thailand.
Sekarang ini, FDA merekomendasi konsumen agar tetap makan makanan seimbang mencakup beragam biji-bijian. Consumer Reports tidak hanya merekomendasi orang mengurangi asupan nasi, tetapi juga agar beras dicuci bersih dan dimasak dengan air yang banyak.
Pemerintah Amerika memiliki standar jumlah arsenik yang diperbolehkan dalam air untuk konsumsi manusia, tetapi tidak untuk makanan. Menurut Taylor, FDA khususnya khawatir atas penumpukan paparan arsenik seumur hidup.
"Menurut saya, berdasarkan informasi awal yang kami miliki, kami tidak perlu merekomendasi konsumen mengubah kebiasaan makan mereka. Nasi merupakan makanan pokok yang penting dan sehat bergizi. Menurut saya, semua informasi yang ada sebaiknya dipelajari dulu sebelum membuat keputusan tentang rekomendasi perubahan pola makan," paparnya lagi.
FDA akan menuntaskan kajian menyeluruh terhadap 1.200 sampel beras akhir tahun 2012, lalu akan menentukan apakah akan mengeluarkan rekomendasi tambahan. Namun, Consumer Reports tidak bersikap demikian. LSM itu hanya meneliti 200 sampel beras, tetapi menyimpulkan, supaya aman, orang, terutama bayi, sebaiknya membatasi konsumsi nasi.
Consumer Reports dan pejabat-pejabat FDA sepakat bahwa hasil kajian yang mereka lakukan secara terpisah ternyata serupa, tetapi hanya FDA yang bisa menetapkan standar industri nasional.
Arsenik, dikenal sebagai karsinogen, adalah pencemar yang muncul dalam dua bentuk: organik dan an-organik. Arsenik organik terjadi secara alami dalam tanah dan air. Arsenik non-organik berasal terutama dari pupuk komersial dan pestisida yang digunakan dalam pertanian.
Ami Gadhia dari Consumer Reports mengatakan kadar tertinggi arsenik ditemukan dalam sampel beras dari Amerika selatan-tengah. Kadar arsenik terendah terdapat dalam beras dari California, India dan Thailand.
Sekarang ini, FDA merekomendasi konsumen agar tetap makan makanan seimbang mencakup beragam biji-bijian. Consumer Reports tidak hanya merekomendasi orang mengurangi asupan nasi, tetapi juga agar beras dicuci bersih dan dimasak dengan air yang banyak.