Dua puluh sembilan atlet membentuk Tim Pengungsi Komite Olimpiade Internasional. Kontingen ini akan bertanding dalam Olimpiade Musim Panas di Tokyo yang akan dibuka pada 23 Juli mendatang. Sebagaimana dilaporkan wartawan VOA Laurel Bowman, baru kedua kali ini dalam sejarah, satu tim yang terdiri dari atlet pengungsi akan bertanding dalam pesta olahraga akbar tersebut.
Ke-29 atlet yang tergabung dalam Tim Pengungsi di Olimpiade tahun ini berasal dari 11 negara, di antaranya dari Sudan Selatan, Afghanistan, Eritrea, Kamerun dan Irak.
Tegla Laroupe, pimpinan kontingen itu mengatakan, “Untuk 29 atlet yang saya pimpin, saya pikir kami tidak akan kehilangan medali. Kami juga memiliki atlet judo dari Brazil. Juga ada atlet perempuan dari Iran yang telah meraih medali dalam cabang taekwondo.”
Ke-29 atlet itu akan bertanding dalam 12 cabang olahraga, mulai renang dan tinju hingga bulu tangkis dan angkat besi.
Rose Nathike Likonyen, atlet pengungsi dari Sudan Selatan, mengemukakan, “Harapan saya bagi semua atlet pengungsi adalah melakukan yang terbaik dan juga memberi pesan harapan bagi semua pengungsi di seluruh dunia karena mereka mewakili komunitas pengungsi di dunia.”
Kontingen yang bakal bertanding di Tokyo ini dipilih dari atlet-atlet pengungsi yang sekarang ini didukung oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) melalui program beasiswa. IOC menyatakan berharap kontingen ini akan menarik perhatian agar tertuju pada penderitaan lebih dari 80 juta orang pengungsi di berbagai penjuru dunia.
Presiden IOC Thomas Bach menjelaskan, “Ini adalah pesan ke seluruh dunia untuk membuat dunia sadar mengenai besarnya krisis ini, yang berkembang setiap hari. Ini juga merupakan pesan bahwa orang-orang yang terpaksa mengungsi ini memperkaya seluruh masyarakat kita.”
Itu juga yang menjadi pandangan para atlet. Di antara yang mengemukakan demikian adalah Alaa Maso, seorang atlet pengungsi asal Suriah.
“Memperlihatkan kepada dunia bahwa para pengungsi juga dapat bermimpi dan menunjukkan kepada dunia bahwa para pengungsi memiliki cita-cita. Dan meskipun mereka selamat dari perang, mereka masih berusaha mewujudkan impian mereka,” komentarnya.
Ini adalah kedua kalinya dalam sejarah para atlet pengungsi itu bertanding di Olimpiade. Keikutsertaan pertama kontingen pengungsi adalah dalam Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil. [uh/ab]