Perlu intervensi dari Presiden AS Donald Trump dan pejabat lainnya untuk mengizinkan para pelajar putri tim robotika Afghanistan bisa memperoleh visa setelah dua kali sebelumnya ditolak. Pihak berwenang AS akhirnya mengizinkan mereka melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mengikuti kompetisi robotika internasional.
Salah satu kejutan terbesar bagi mereka setelah tiba di Washington? Keamanan yang ketat.
"Keamanan yang kami lihat di sini, bukan di Herat, Afghanistan," kata Kawsar Roshan, seorang anggota tim yang berusia 13 tahun, kepada VOA pada hari terakhir kompetisi FIRST Global Challenge, di mana para remaja dari seluruh dunia menunjukkan keahlian mereka dalam mendesain, membuat dan memrogram perangkat robot.
"Ini adalah kota yang damai. Orang tidak saling berperang, dan ini adalah lingkungan yang ramah," kata anggota tim Afghanistan lainnya, Fatima Qaderian.
Tanah air mereka telah terjebak dalam siklus perang dan kekerasan yang hampir tiada henti selama lebih dari 35 tahun. PBB melaporkan Senin bahwa lebih dari 1.660 warga sipil, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak, tewas dalam perang antara Januari dan Juni 2017.
Tim robotika putri Afghanistan ini berhasil sampai di kota Washington hanya sehari sebelum pertandingan dilangsungkan. Permohonan visa awal mereka ditolak oleh Kedutaan Amerika di Kabul, namun mereka kemudian diberikan izin masuk ke AS setelah ada permintaan dari Presiden Trump, kata para pejabat AS.
Pada hari Selasa (18/7), anak perempuan Trump dan penasihat senior Gedung Putih, Ivanka Trump, memberikan kunjungan khusus ke tim dan sponsor mereka. Ivanka sebelumnya menuliskan cuitan di akun Twitternya bahwa dia berharap bisa menyambut mereka.
Kompetisi robotika internasional tahunan ini bertujuan untuk membangun jembatan antara siswa sekolah menengah dengan latar belakang, bahasa, agama dan adat istiadat yang berbeda. Acara ini juga untuk menumbuhkan semangat mereka dalam bidang sains, teknologi, ilmu teknik/rekayasa, dan matematika.
Anggota tim Afghanistan Lida Azizi mengatakan bahwa dia belajar "persatuan dan kerjasama tim" dalam kompetisi robotika ini.
Tema kompetisi tahun ini terkait dengan masalah praktis yang mengancam lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, yaitu akses terhadap air minum bersih yang tidak memadai.
Tugas robot adalah mengangkat dan membedakan antara bola biru dan oranye. Untuk mencetak poin, tim harus menyerahkan bola biru, yang mewakili air, dan bola oranye, yang mewakili polutan, ke lokasi yang berbeda. Tim-tim peserta bertanding dalam kelompok dari tiga negara, dengan dua kelompok bersaing ketat. Aliansi tiga robot yang mencetak poin paling banyak dalam pertandingan dinyatakan sebagai pemenang. [pp]