Pengadilan California memutuskan aplikasi kencan populer, Tinder, melanggar undang-undang diskriminasi usia dengan menetapkan biaya lebih tinggi kepada pengguna berusia 30 tahun ke atas, dibanding pengguna berusia lebih muda.
Hakim Pengadilan Tinggi Los Angeles, Hakim Brian Currey, memenangkan gugatan Allan Candelore, warga San Diego berusia 33 tahun. Currey menggugat Tinder karena harga yang diterapkan Tinder, melanggar Undang-undang Hak-hak Sipil Negara Bagian California. Undang-undang itu "memberikan perlindungan dari diskriminasi oleh semua bisnis di California."
Allan Canderlore dari California menggugat Tinder atas layanan premium Tinder Plus. Pelanggan yang berusia di bawah 30 tahun membayar biaya layanan $9,99 per bulan. Sedangkan pengguna berusia 30 tahun dan lebih tua, harus merogoh kocek $19,99 per bulan. Sementara, fitur-fitur dalam Tinder Plus tidak ada perbedaan di antara pengguna yang berbeda usia.
Dalam dokumen sanggahan di persidangan, perusahaan aplikasi kencan itu mengatakan "Kenyataannya pengguna di bawah 30 tahun menghadapi tantangan keuangan" dan "pengetahuan umum menjadi dasar yang masuk akal dan tidak sewenang-wenang penawaran diskon kepada pengguna di bawah 30 tahun."
"Bagaimana Tinder bisa dibiarkan saja menagih saya dengan pembayaran lebih besar untuk produk yang sama, dibanding mereka yang berusia 18-28 tahun?" kata pengguna Reddit dengan nama jshrlzwrld02. "Tidak ada perubahan secara ajaib pada usia 29 tahun di Tinder. Saya tidak mendapatkan fitur baru. Saya tidak dapat tambahan lainnya. Jadi, mengapa hal ini tidak dianggap diskriminasi berdasarkan usia/jenis kelamin/agama/orientasi?."
Tinder pernah menghadapi tuduhan yang sama sebelumnya. Pada 2015, Michael Manapol menuduh Tinder melakukan diskriminasi gender dan usia. Namun hakim menolak klaim tersebut. Alasannya, Manapol tidak bisa membuktikan bahwa dia dirugikan oleh tuduhan-tuduhan itu. Selain itu, pada tahun yang sama, majalah Wired juga menyoroti hal yang sama dengan aturan biaya langganan Tinder dan mengatakan aturan tinder 'ageist.'
"Harga hanya boleh dinaikkan, bila setiap kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan layanan atau kepentingan," kata Robert Carbone, pemasar digital dari layanan jejaring LinkedIn.
"Tinder adalah perushaan milik pribadi dan seharusnya mereka bisa mematok harga yang mereka pikir cocok untuk konsumen yang mau menggunakan jasa mereka. Tidak ada yang memaksa konsumen untuk menggunakan Tinder. Putusan ini adalah pelanggaran praktek-praktek kapitalistik," kata Katja Case, dari Jurusan Matematika di Iowa State University, yang diunggah di LinkedIn.
Tinder populer di kalangan konsumen mahasiswa. [fw/au]