Tautan-tautan Akses

Tingkat Kelahiran Terendah Sedunia, Pembekuan Sel Telur Makin Populer di Korea Selatan


Lee Chae-rin, seorang karyawan Rumah Sakit Maria, berkonsultasi dengan pengunjung di sebuah toko pop-up di Seoul, 23 Agustus 2024. Klinik tersebut bertujuan mengedukasi para wanita muda tentang pembekuan sel telur.
Lee Chae-rin, seorang karyawan Rumah Sakit Maria, berkonsultasi dengan pengunjung di sebuah toko pop-up di Seoul, 23 Agustus 2024. Klinik tersebut bertujuan mengedukasi para wanita muda tentang pembekuan sel telur.

Di Korea Selatan, makin banyak perempuan memilih untuk tak miliki anak, karena faktor tantangan finansial dan tuntutan pekerjaan. Namun, pembekuan sel telur belakangan menjadi tren yang memungkinkan perempuan untuk menunda peran menjadi ibu sekaligus memberi mereka opsi tersebut di masa depan.

Di Distrik Seongsu yang trendi di Kota Seoul hampir tidak ditemukan lalu lalang kereta bayi.

Anak-anak sendiri menjadi sebuah kelangkaan di seantero Korea Selatan, yang menjadi negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Meski demikian, sebuah toko dadakan yang dibuka oleh klinik kesuburan setempat menawarkan pilihan baru.

Pembekuan sel telur, pilihan bagi perempuan yang mungkin tidak ingin memiliki anak… untuk sementara.

Lee Chae-rin adalah konsultan Rumah Sakit Maria, klinik kesuburan tersebut.

“Saya tidak punya pacar sekarang dan saya tidak tahu kapan saya akan menikah. Tapi saya tidak bisa memutar waktu dalam proses penuaan. Maka itu saya menginvestasikan uang saya untuk masa depan, dengan membekukan sel telur saya,” ujar Lee.

Lee Chae-rin berusaha meyakinkan perempuan lain akan manfaat pembekuan sel telur, sesuatu yang memberi perempuan berusia 31 tahun tersebut lebih banyak keleluasaan.

“Mungkin karena saya sedang sangat menikmati hidup saya saat ini. Namun saya rasa orang-orang secara alamiah ingin mengikuti apa yang menjadi hasrat mereka, entah studi, bekerja atau menekuni hobi. Saya sendiri suka berselancar,” tambahnya.

Prosedur Pembekuan Sel Telur Semakin Populer di Korea Selatan, Negara dengan Tingkat Kelahiran Terendah Sedunia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:09 0:00

Perempuan-perempuan lain menyebut alasan finansial dan tuntutan kerja sebagai halangan dalam membangun keluarga.

Lee Jung-hyun, seorang pegawai kantoran berusia 35 tahun, mengatakan, “Perempuan juga menghadapi masalah seperti jeda karir. Jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah ini, mereka lantas mengorbankan pilihan untuk memiliki anak.”

Tekanan-tekanan tersebut dapat dimengerti, kata Wakil Presiden Rumah Sakit Maria Lim Tae-won. “Pada akhirnya, orang-orang menomorsekiankan pernikahan dan mempunyai anak. Dan kemudian, ketika mereka ingin memiliki anak, mereka sudah tidak begitu subur,” ungkapnya.

Alih-alih seperti itu, perempuan muda bisa memilih untuk membekukan sel telur mereka yang lebih berkualitas untuk digunakan di kemudian hari melalui mekanisme in vitro fertilization (IVF), alias bayi tabung.

Di Rumah Sakit Maria, Lim mengatakan, prosedur pembekuan sel telur telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 2019, sebagiannya berkat subsidi pemerintah. Pemerintah Kota Seoul membayar sekitar setengah biaya prosedur pembekuan sel telur.

Kaum perempuan di Korea Selatan dapat memilih hamil di kemudian hari melalui mekanisme bayi tabung (IVF) (foto: ilustrasi).
Kaum perempuan di Korea Selatan dapat memilih hamil di kemudian hari melalui mekanisme bayi tabung (IVF) (foto: ilustrasi).

Kembali, Lim Tae-won, “Dari perspektif ini, kami rasa pembekuan sel telur akan menjadi solusi yang sangat penting terhadap masalah rendahnya tingkat kelahiran.”

Tidak ada yang tahu sebesar apa kontribusi prosedur tersebut dalam membantu menyelesaikan krisis demografi Korea Selatan, tapi yang jelas hal itu dapat memungkinkan lebih banyak perempuan memegang kendali atas masa depan mereka. [rd/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG