Pemerintahan Presiden Joe Biden melipatgandakan upaya untuk memperluas pasokan dan aksesibilitas terhadap tes COVID-19 guna menjawab kritik tajam terkait antrean panjang dan kekurangan pasokan alat tes COVID-19 yang terjadi di seluruh negeri, serta kebingungan warga tentang kapan harus melakukan tes tersebut di tengah lonjakan kasus varian Omicron.
Gedung Putih mengumumkan, pada Rabu (12/1), bahwa sebanyak lima juta tes cepat (rapid test) dan lima juta tes PCR berbasis laboratorium akan hadir di sekolah-sekolah mulai bulan ini untuk mengatasi kelangkaan pasokan alat tes COVID-19, sekaligus mempromosikan pembukaan kembali sekolah yang aman. Hal ini disampaikan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients.
Direktur Pusat Keamanan Kesehatan di Bloomberg School of Public Health, Universitas John Hopkins, Dr. Tom Inglesby akan bergabung dengan Satgas COVID-19 untuk mengawasi peningkatan pengadaan alat tes COVID-19 itu.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari sebelum perusahaan asuransi swasta diwajibkan untuk mengganti uang yang dibayarkan warga Amerika untuk membeli alat tes COVID-19 dan peluncuran situs baru untuk memesan alat tes gratis yang akan dikirimkan secara langsung ke rumah pemesan.
Namun upaya mendorong tersedianya lebih banyak alat tes COVID-19 ini tampaknya terlalu terlambat bagi sebagian warga Amerika yang sebelumnya berupaya mengatasi lonjakan varian Omicron dengan melakukan tes secara mandiri.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Dr. Rochelle Wallensky memberikan panduan soal kapan warga Amerika harus melakukan tes COVID-19.
“Warga Amerika harus melakukan tes ketika mereka memiliki gejala yang tampaknya menyerupai (infeksi) COVID-19,” ujarnya, termasuk di dalamnya adalah demam, batuk, radang tenggorokan, gangguan pernafasan dan radang sendi.
Ia menambahkan bahwa para warga seharusnya dites setelah tahu mereka terpapar virus ini, umumnya sekitar lima hari setelah terpapar atau lebih cepat, sebagai bagian dari protokol tes medis untuk karantina yang diberlakukan di sekolah dan tempat kerja di negara tersebut.
Inisiatif pelaksaan tes COVID-19 di sekolah-sekolah ini diumumkan tak lama setelah sistem sekolah publik terbesar ketiga di Amerika, yang terdapat di Chicago, mengumumkan penutupan sekolah selama beberapa hari karena kebuntuan perselisihan di antara guru dan pejabat-pejabat sekolah soal kebijakan pembukaan kembali sekolah.
Penutupan itu merupakan pukulan bagi Presiden Joe Biden, yang menjadikan kebijakan membuka kembali seluruh sekolah dan menjaga agar sekolah tetap berfungsi sebagai prioritas pemerintahnya. [em/jm]