Marco Poletto dari EcoLogic Studio memegang semacam alat suntik raksasa berisi cairan kental berwarna hijau. Cairan biogel itu adalah ganggang hidup yang mampu menyerap karbon dan mengeluarkan oksigen ke atmosfer.
Poletto memompa gel itu ke dalam tirai yang kemudian bisa digantung di luar ruangan.
"Photo.Synth.Etica adalah habitat buatan bagi cyanobacteria. Cyanobacteria adalah ganggang mikro, sel-sel kecil yang merupakan mesin fotosintesis yang sangat kuat. Mereka mengubah energi dari matahari dan menangkap CO2 dan sebagian besar partikel dan gas di udara dan menyimpannya dalam massa tubuh mereka,” kata Poletto menjelaskan.
Poletto mengatakan 1 meter persegi biogel bisa menyerap 31 gram karbon sehari, dan mengeluarkan 24 gram oksigen.
Dia dan mitranya, Claudia Pasquero, mengatakan karbon itu tidak hanya disimpan, tapi diubah menjadi biomassa, yang kemudian bisa digunakan untuk hal lain.
"Karbon itu menjadi biomassa yang bisa digunakan untuk kegunaan pangan dan kesehatan seperti industri kecantikan, farmasi dan juga bisa digunakan untuk energi," papar Claudia Pasquero.
Biogel tidak bisa bertahan selamanya dan harus diganti setiap dua minggu. Meski demikian Poletto mengatakan biogel bisa mengatasi polusi karbon secara efektif, jadi masuk akal untuk menggunakannya dalam lingkungan perkotaan.
"Sebagai perbandingan, kami mengkalkulasi bahwa biocurtain berukuran dua meter persegi memiliki kemampuan yang sama untuk menangkap CO2 dengan sebuah pohon besar. Apabila Anda membandingkan berat dan ruang yang mereka tempati, efisiensi rasionya adalah satu banding 10," ujar Poletto.
Tirai-tirai ganggang itu telah digantung di bangunan-bangunan di Eropa dan ditampilkan dalam sebuah pameran teknologi di Paris.
Tergantung ukuran, perusahaan itu bisa menciptakan tirai ganggang dengan biaya mulai dari $300 atau setara Rp 4,27 juta hingga $2.000 atau setara Rp 28,5 juta. [vm]