Aparat keamanan TNI Polri di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah pada Senin siang 26 Januari 2015 terlibat baku tembak dengan sekelompok orang bersenjata di wilayah perkebungan Ratongkaya sekitar sungai Moko, Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
Sebelumnya 8 personel TNI Polri mengawal 8 warga desa Tangkura untuk ke kebun mereka yang berjarak sekitar 2 km dari desa Tangkura. sempat terjadi baku tembak selama setidaknya 30 menit sebelum kelompok bersenjata itu mundur dan melarikan diri.
Peristiwa pada pukul 11.30 Wita itu terjadi disaat 6 Personel TNI dari Batalyon 714 Sintuwu Marosso dan 2 personel Polres Poso mengawal 8 orang petani setempat ke kebun mereka. Tiga orang petani di antaranya tiba tiba ditembaki saat hendak mengambil mesin pemotong dan penebang kayu jenis Chain Saw di sebuah gubuk.
Petugas TNI Polri kemudian berupaya menyelamatkan ketiga petani itu dan membalas tembakan. Informasi yang diperoleh dari pihak TNI di lapangan menyebut para pelaku menggunakan senjata laras Panjang jenis SS1 dan M16.
Wakil Kepala Kepolisian Resort (Waka Polres) Poso, Komisaris Polisi Bogiek Sugiyarto mengatakan tidak ada korban dalam peristiwa tersebut. Ia menyebutkan para pelaku diduga sebagai anggota dari kelompok teroris pimpinan Santoso yang selama ini dicari oleh aparat Kepolisian.
"Tadi sekitar setengah jam kontak tembak, kemudian sekarang penyisiran yang sedang dilaksanakan sekaligus sedang menjemput satu warga lagi yang masih ada di lokasi kontak tembak," kata Sugiyarto.
Sesaat setelah peristiwa itu Sejumlah besar personel TNI Polri dikerahkan untuk melakukan penyisiran disekitar lokasi kejadian untuk mengejar para pelaku.
Sugiyarto menambahkan, "Sementara ini, saat ini kekuatan Brimob dan TNI masih disekitaran sini, dikonsentrasikan di daerah Tangkura, Gantinadi dan sekitarnya.”
Peristiwa baku tembak antara personel TNI Polri dengan kelompok bersenjata itu semakin menambah keresahan warga masyarakat desa Tangkura yang sebelumnya sudah trauma sejak 3 warga desa setempat dibunuh oleh kelompok bersenjata itu pada 15 Januari 2015 silam.
Robert Lowento (37) tokoh masyarakat setempat mengungkapkan Setidaknya sejak tanggal 16 Januari 2015 warga tidak lagi dapat beraktifitas di kebun kebun mereka yang umumnya berada di areal hutan pegunungan yang bersejarak antara 1 hingga 2 km dari desa, padahal warga setempat sangat bergantung pada hasil kebun seperti kakao dan kelapa, serta padi ladang.
“Itu yang sudah mulai, mungkin satu minggu lagi masyarakat itu kelaparan, karena tidak bisa… mau beraktifitas tidak berani, takut semua, itu persoalannya sekarang,” papar Robert Lowento.
Robert Lowento menekankan warga desa Tangkura berharap TNI Polri dapat secepatnya mengembalikan rasa aman warga masyarakat, yaitu dengan menangkap seluruh anggota kelompok bersenjata pimpinan Santoso tersebut.
Pasca kontak tembak yang terjadi pada Senin pagi itu, membuat aparat keamanan TNI Polri meningkatkan pengamanan di desa Tangkura yaitu dengan memeriksa secara ketat penumpang setiap kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang melintas dari dan menuju Napu Lore Utara. Sementara itu sejumlah besar aparat gabungan TNI Polri dari Batalyon 714 Sintuwu Marosso dan Brimob telah dikerahkan untuk mengejar kelompok bersenjata tersebut.