Tim kampanye Hofer mengatakan mantan insinyur penerbangan yang mengkampanyekan anti-imigran yang dikenal sebagai “rencana Euroskeptic” itu mengakui kekalahannya atas tokoh lingkungan hidup Alexander Van Der Bellen yang bertarung dari kelompok independen.
"Pada dasarnya hal ini tidak berhasil," ujar Herbert Kickl, manajer tim kampanye Hofer. Ditambahkannya, "dalam hal ini, kelompok yang sudah mapan, yang kembali memblokir, memagari dan mencegah terjadinya pembaruan, telah menang," ujar Kickl kepada radio Austria ORF setelah pengumuman hasil pemilu hari Minggu (4/12).
Van Der Bellen tetap menang meskipun ada kampanye yang didominasi rasakelompok anti-kemapanan dan kemarahan terkait isu imigrasi Muslim, beban keuangan yang harus ditanggung karena dalam sistem negara kesejahteraan yang dianut Austria pengungsi dan migran berhak mendapat tunjangan, dan gelombang serangan teroris di Eropa tahun lalu yang terjadi setelah berawalnya krisis migran.
Para pemilih mengeluhkan perpecahan tajam yang terpapar dalam pemilu itu.
"Pemilu ini tragis," ujar Eva, seorang pemilih yang memberikan suaranya di distrik Wina hari Minggu. "Pemilu ini sangat tragis karena ada satu tokoh lagi, yaitu Hofer, yang bicara tentang cara pikir masa lalu, mengadudomba orang, berpandangan lebih ke kanan, ke arah Fasis, seperti Hitler," tambahnya.
Pemilu hari Minggu diselenggarakan setelah hasil pemilu sebelumnya pada 22 Mei lalu menunjukkan bahwa Van Der Bellen unggul hanya 31.000 suara dibanding Hofer. Mahkamah konstitusi Austria membatalkan hasil pemilu itu karena penyimpangan dalam penghitungan suara. [em/ds]