Olimpiade Tokyo dijadwalkan akan mulai berlangsung 23 Juli tahun depan, namun dengan wabah virus corona yang masih merebak di berbagai belahan dunia, banyak sponsor besar ragu bahwa pesta olahraga akbar itu akan terlaksana.
Untuk meyakinkan para sponsor besar, pekan ini, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach akan menyelenggarakan pertemuan khusus dengan para petinggi organisasi itu, pejabat pemerintahan Jepang, dan panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo.
Bach dan Wakil Presiden IOC, yang mengawasi persiapan Tokyo, dijadwalkan akan melangsungkan pertemuan jarak jauh dengan mereka pada Kamis dan Jumat mendatang untuk membahas langkah-langkah pencegahan Covid-19, termasuk karantina, peraturan memasuki Jepang, uji virus, vaksin dan kehadiran penonton.
CEO Olimpiade Tokyo, Toshiro Muto, mengakui, banyak sponsor domestik menunjukkan keraguan mereka. Ia mengatakan, perundingan masih berlangsung dengan para sponsor, namun hasil konkretnya belum diperoleh. Ketika didesak wartawan, berapa banyak sponsor yang memperbarui kontrak kerja sama mereka, Muto hanya menjawab: “Semuanya positif.”
Survei-survei menunjukkan, mayoritas perusahaan Jepang dan warga negara itu tidak yakin Olimpiade akan berlangsung tahun depan, dan bahkan berpendapat seharusnya tidak dilangsungkan. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan kantor berita NHK, Juni lalu, menunjukkan, dua pertiga sponsor domestik mengaku tidak yakin mereka akan mendukung Olimpiade Tokyo.
Mempertahankan sponsor domestik penting bagi penyelenggaraan Olimpiade. Mereka sejauh ini telah menjanjikan dana 3,3 miliar dolar, dua kali lipat daripada yang biasanya terjadi pada Olimpiade-Olimpiade sebelumnya. Dana itu sendiri di luar dana yang terkumpul dari sponsor-sponsor permanen Olimpiade yang telah menjalin kontrak jangka panjang dengan IOC.
Sebuah studi yang dilakukan Universitas Oxford menunjukkan, Olimpiade Tokyo akan menjadi Olimpiade musim panas termahal sejak 1960. [ab/uh]