Helikopter-helikopter mengangkat orang-orang dari rumah mereka yang terendam banjir akibat Topan Hagibis pada Minggu (13/10) sementara upaya penyelamatan berlangsung di banyak wilayah Jepang, termasuk Tokyo.
Topan Hagibis, Topan kuat menurunkan hujan lebat, sudah menewaskan sedikitnya tujuh orang dan 15 lainnya hilang.
Lembaga penyiaran publik NHK memberikan angka korban lebih tinggi, yaitu 10 tewas dan 16 hilang serta 128 cedera, sehari setelah Taifun Hagibis melanda sebelah selatan Tokyo dan kemudian bergerak ke utara.
Juru bicara pemerintah Yoshihide Suga mengatakan kepada wartawan, "Taifun besar itu telah menyebabkan kerusakan hebat di Jepang timur," dan menambahkan bahwa 27.000 pasukan militer dan kru penyelamat lainnya dikerahkan untuk operasi penyelamatan.
Sementara itu, KBRI Tokyo dan KJRI Osaka menganjurkan kepada para WNI di Jepang yang terkena dampak taifun dan membutuhkan bantuan darurat, untuk menghubungi mereka.
KBRI Tokyo on Instagram: “Mohon bantuan dan kerja sama kepada seluruh WNI di Jepang untuk mengabarkan kondisi di kolom komentar (lokasi & kondisi Anda) Terima kasih…”
Sejauh ini belum ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban taifun.
Seorang WNI di Tokyo, Aji Rokhadi, mengatakan kepada VOA bahwa para WNI yang tinggal di Jepang memanfaatkan Facebook untuk saling bertukar informasi di tengah bencana taifun.
"Saling memberi kabar terbaru dan saling memberikan informasi fasilitas yang bisa digunakan," kata Aji.
Fasilitas yang ditawarkan misalnya, wifi gratis jika semua saluran telekomunikasi tidak berfungsi dan hal itu diumumkan melalui Facebook Ikatan Warga Indonesia di Jepang, paparnya.
Sekitar 376.000 rumah tanpa listrik dan 14.000 rumah tak memiliki aliran air. Sebagian layanan kereta api di daerah Tokyo telah beroperasi kembali pada Minggu pagi (13/10). Sebagian lainnya masih menjalani pemeriksaan keselamatan dan diperkirakan akan dioperasikan lagi dalam beberapa jam mendatang. [vm/ft]