Tautan-tautan Akses

Trump akan Kunjungi Kenosha, Saling Tuduh Soal Keamanan dengan Biden


Presiden Donald Trump melambaikan tangannya di depan pesawat Air Force One sebelum bertolak ke Kenosha, Wisconsin, dari Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Maryland, Selasa, 1 September 2020, (AP Photo / Evan Vucci)
Presiden Donald Trump melambaikan tangannya di depan pesawat Air Force One sebelum bertolak ke Kenosha, Wisconsin, dari Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Maryland, Selasa, 1 September 2020, (AP Photo / Evan Vucci)

Presiden AS Donald Trump, Selasa (1/9) dijadwalkan mengunjungi Kenosha, Wisconsin, di mana protes berubah menjadi kekerasan pekan lalu, setelah seorang polisi kulit putih melepaskan tujuh tembakan ke bagian punggung lelaki kulit hitam, Jacob Blake, sewaktu berusaha menangkapnya.

Trump berbicara kepada wartawan hari Senin (31/8) bahwa ia tidak berencana bertemu keluarga Blake karena mereka menginginkan seorang pengacara turut dalam pertemuan itu.

Presiden juga menolak mengkritik tindakan Kyle Rittenhouse, remaja kulit putih yang dituduh menembak mati dua orang dan mencederai satu lainnya dalam demonstrasi di Kenosha dua malam setelah Blake ditembak. Rittenhouse, yang mengaku tujuannya adalah untuk melindungi bisnis, menghadapi lima dakwaan tindak pidana berat.

“Mereka menyerangnya dengan sangat kasar,” kata Trump kepada wartawan mengenai Rittenhouse. “Ia mungkin saja terbunuh” kalau tidak melepaskan tembakan ke arah demonstran, lanjutnya.

Gubernur Wisconsin Tony Evers mendesak presiden agar melewatkan kunjungan ke Kenosha pada hari Selasa. “Kehadiran Trump hanya akan mengganggu penyembuhan kami. Saya khawatir kehadiran Anda hanya akan memperlambat tugas untuk mengatasi perpecahan dan melangkah maju bersama-sama,” lanjut Evers.

Evers telah memerintahkan pasukan Garda Nasional agar ke Kenosha dan menerima bantuan tambahan penegak hukum federal untuk menumpas kekerasan di jalan-jalan sejak Blake ditembak yang menyebabkan tubuhnya lumpuh sebagian.

Kunjungan Trump ke Wisconsin berlangsung sementara ia dan mantan wakil presiden Joe Biden, pesaingnya dalam pemilihan presiden November mendatang, saling melontarkan tuduhan mengenai keamanan dan menggambarkan kehidupan di Amerika di bawah pihak lainnya tidak aman.

Anggota Garda Nasional mengamankan SMA Mary D. Bradford di Kenosha, Wisconsin, menjelang kunjungan Presiden Trump, 1 September 2020. (Foto AP / Morry Gash)
Anggota Garda Nasional mengamankan SMA Mary D. Bradford di Kenosha, Wisconsin, menjelang kunjungan Presiden Trump, 1 September 2020. (Foto AP / Morry Gash)

Trump, hari Senin (31/8) mengumumkan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Departemen Kehakiman meluncurkan penyelidikan terhadap “kerusuhan sipil oleh kelompok sayap kiri” di “kota-kota yang dipimpin orang Demokrat,” seraya menambahkan bahwa operasi federal untuk menindak kekerasan di perkotaan telah menyebabkan penangkapan 200 orang, termasuk 100 orang di Portland, Oregon.

“Di Amerika, kita tidak akan menyerah pada kekuasaan massal, karena jika massa berkuasa, demokrasi benar-benar mati, kata presiden kepada wartawan dalam konferensi pers di Gedung Putih.

Trump, seraya menekankan mengenai perlunya ketertiban, berbicara beberapa jam setelah Biden mengatakan presiden “tidak dapat menghentikan kekerasan, karena selama bertahun-tahun, ia yang telah mengobarkannya.

”Sebelumnya, kemarin, Biden berbicara di Pittsburgh. Dalam pidato yang ditayangkan langsung di tiga jaringan TV kabel utama AS, ia mengatakan, “Tanyalah diri Anda sendiri, apakah saya kelihatan seperti seorang sosialis radikal dengan sikap lunak terhadap perusuh? Sungguhkah?” [uh/ab]

XS
SM
MD
LG