Presiden AS Donald Trump, Selasa (12/1) dijadwalkan mengunjungi Alamo, kota di bagian selatan, di dekat perbatasan AS-Meksiko, di mana ia diperkirakan akan menggunakan salah satu dari hari-hari terakhirnya menjabat untuk menyoroti upaya-upaya pemerintahannya dalam membendung imigran ilegal.
Ini akan menjadi penampilan pertamanya di depan umum sejak Rabu lalu, sewaktu ia mengatakan dalam pidato kepada para pendukungnya bahwa pemilihan presiden telah dicuri dan mendesak mereka untuk “berjuang’ sebelum mereka menyerbu gedung Kongres AS.
Kunjungan Trump ke Texas juga berlangsung sementara DPR yang mayoritasnya dari fraksi Demokrat memajukan upaya-upaya untuk mencopotnya dari jabatannya.
Imigrasi merupakan fokus utama kampanye kepresidenan Trump tahun 2016, di mana ia berulang kali menyerukan pembangunan tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.
Dengan masa jabatan yang akan berakhir pada 20 Januari, pemerintahannya telah menyelesaikan pembangunan sekitar 450 mil (724 kilometer) tembok perbatasan. Sebagian besar konstruksi itu menggantikan penghalang yang lebih kecil di perbatasan.
Kunjungan itu juga berlangsung sehari setelah penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri Trump, Chad Wolf mendadak mengundurkan diri.
Menjelang kunjungan Trump ke Alamo, Southern Poverty Law Center meminta agar kunjungan itu dibatalkan, dengan menyatakan hal tersebut “hanya akan semakin merusak dan menimbulkan lebih banyak kekerasan.”
“Selama bertahun-tahun, komunitas di perbatasan telah menolak agenda fanatik pemerintah ini. Komunitas-komunitas inilah, mulai dari San Diego hingga Brownsville, yang telah menjadi sasaran kekerasan tak beralasan yang dipicu oleh retorika antimigran dan kebijakan xenofobia presiden,” kata Efren Olivares, deputi direktur bidang hukum pada Proyek Keadilan Imigran di SPLC, dalam suatu pernyataan. [uh/ab]