Donald Trump pada hari Senin (19/2) akhirnya buka suara mengenai kematian Alexey Navalny dalam sebuah pernyataan yang menghindari kritik terhadap Kremlin dan justru menggambarkan kematian pemimpin oposisi Rusia itu sebagai pertanda runtuhnya Amerika Serikat.
Navalny meninggal dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan pada usia 47 tahun di sebuah penjara Arktik pekan lalu. Kematiannya mengejutkan pihak oposisi Rusia yang diasingkan serta dunia Barat, di mana para pemimpinnya menyalahkan kematian Navalny kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan pihak berwenang di Moskow.
Namun mantan Presiden AS Donald Trump, yang unggul dalam hasil pemilihan pendahuluan Partai Republik menjelang pemilu AS November mendatang, bungkam mengenai masalah ini, meski mendapat banyak kritik, hingga membuat postingan media sosial hari Senin yang berfokus pada apa yang ia sebut Amerika yang “melemah.”
“Kematian mendadak Alexey Navalny membuat saya menjadi semakin sadar akan apa yang terjadi di negara kita,” kata Trump di situs Truth Socialnya.
“Sebuah kemajuan yang lamban, tidak bergerak ke mana-mana, dengan politisi, jaksa dan hakim radikal kiri yang tidak jujur membawa kita menuju kehancuran,” imbuhnya.
Trump mengecam “perbatasan yang terbuka, kecurangan pemilu dan keputusan pengadilan yang sangat tidak adil” di Amerika Serikat, yang ia sebut “sebuah negara yang mengalami kemunduran.”
Postingannya sama sekali tidak menyinggung pemerintah Rusia maupun Putin.
Pesaing utama Trump untuk meraih tiket capres Partai Republik, Nikki Haley, menyebut unggahannya “gila” dan bahwa Trump “menyatakan dirinya sebagai korban.”
“Apa ia mengutuk Putin yang seorang penjahat brutal? Tidak. Apa ia memuji keberanian Navalny dalam melakukan perlawanan? Tidak. Apa ia mengakui peran Putin dalam membunuh Navalny dan begitu banyak orang lain yang berani menentang diktator Rusia itu? Tentu saja tidak,” ungkap sebuah pernyataan dari tim kampanyenya.
Pernyataan itu disampaikan sehari setelah Haley, yang perolehan suaranya tertinggal jauh dari Trump pada pemilihan pendahuluan Partai Republik, mengkritik sikap Trump yang awalnya bungkam, dengan menyebutnya “mengkhawatirkan” dan “sebuah masalah.”
Belum lama ini Trump juga mengejutkan sekutu-sekutu Amerika di Barat setelah ia mengatakan dirinya akan “mendorong” Rusia untuk menyerang anggota NATO yang tidak memenuhi kewajiban keuangan mereka.
Putin telah sejak lama dikagumi oleh beberapa kelompok sayap kanan ekstrem AS, termasuk Trump, yang tercatat pernah memuji pemimpin Kremlin itu dengan menyebutnya seorang “jenius” dan lebih kredibel dari intelijen AS. [rd/jm]
Forum