Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu di Gedung Putih, Rabu (13/11), namun tidak menghasilkan penyelesaian atas sejumlah isu besar yang mengganggu hubungan bilateral kedua negara, termasuk serangan Turki baru-baru di Suriah Utara, dan keputusan Turki membeli perangkat militer Rusia.
Presiden Donald Trump menyambut hangat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada saat paling dinginnya hubungan Turki-AS.
"Kami sudah lama berteman, hampir sejak hari pertama bertemu,” jelasnya.
Kedua negara mengatakan, mereka ingin meningkatkan perdagangan bilateral hingga mencapai nilai 100 miliar dolar, lebih dari tiga kali lipat dari yang tercatat saat ini.
"Hubungan ekonomi kita memiliki potensi luar biasa besar, dan terus meluas dan berkembang. Kontak dan diplomasi langsung antara kedua negara penting untuk menjamin masa depan yang damai dan makmur, dan memenuhi janji kepada warganya,” kata Trump.
Kunjungan Erdogan berlangsung sewaktu Ankara menghadapi kecaman Kongres AS terkait invasi Turki ke Suriah Utara dan serangannya terhadap pasukan Kurdi Oktober lalu,. Kurdi adalah sekutu Amerika dalam perang melawan ISIS.
Erdogan membantah pertanyaan mengapa ia mengabaikan permintaan Trump untuk tidak menginvasi Suriah Utara dan berhenti menyebut pasukan Kurdi teroris.
"Pertama, kita harus membedakan dua hal. Kami tidak mempunyai masalah dengan Kurdi. Kami mempunyai masalah dengan organisasi-organisasi teroris, yang beberapa di antara mereka beranggotakan orang-orang Kurdi,” jelas Erdogan.
Serangan Turki menandai memburuknya hubungan bilateral dengan Washington.
Terkait masalah keamanan, Turki, yang merupakan sekutu NATO, telah berpaling ke Rusia. Paling tidak ini dibuktikan dengan keputusan Turki membeli sistem pertahanan misil S-400 buatan negara itu.
Sebagai tanggapan atas langkah Turki itu, pemerintahan Trump melarang penjualan jet tempur Amerika F-35 ke Ankara.
Dalam konferensi pers bersama, baik Trump maupun Erdogan tidak mengungkapkan apakah ada resolusi terkait masalah ini. Namun menjelang kunjungan Erdogan, Turki mengancam akan membeli lebih banyak jet tempur Rusia, khususnya jika Kongres AS menghalangi lebih jauh penjualan perangkat militer Amerika.
Max Hoffman, analis dari lembaga think tank Center for American Progress mengatakan, "Erdogan akan merasa dikhianati lagi, dan ia mungkin akan kembali berpaling ke Putin dan mengatakan ‘Anda adalah orang yang bisa diajak bekerjasama, Anda tidak punya lembaga legislatif yang menyulitkan, Anda adalah penguasa mutlak, dan saya suka berurusan dengan orang-orang seperti itu.’”
Sejumlah analis mengatakan, masa depan hubungan AS-Turki akan tergantung pada lebih dari sekedar hubungan para pemimpinnya.
Kunjungan Erdogan ke Gedung Putih, yang berlangsung pada hari pertama sidang dengar keterangan publik penyelidikan pemakzulan Trump, disambut aksi protes. Para demonstaran menyatakan menentang serangan Turki terhadap Kurdi di perbatasan Suriah. [ab/lt]