Meskipun pembicaraan mereka di Tokyo hari Senin (27/5) terus dibayangi Korea Utara, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga mengalihkan perhatian mereka pada isu perdagangan dan diplomatik. Trump malah menggagaskan Jepang bisa menjadi penengah antara Amerika dan satu musuh lainnya, yaitu Iran.
Setelah memulai lawatan sebagai kepala negara asing pertama yang menemui Kaisar Naruhito yang baru dinobatkan dalam satu upacara yang rumit di Istana Kerajaan, Presiden Trump dan Perdana Menteri Shinzo Abe melakukan pembicaraan tentang langkah menuju perjanjian dagang baru antara kedua negara.
Setelah sekian lama mengeluh bahwa Jepang meraub keuntungan tidak adil dari Amerika, Trump mengatakan dalam jumpa-pers bersama dengan Abe bahwa perjanjian baru akan berlandaskan prinsip “adil dan imbal-balik”.
Trump mengatakan, "Tujuan kami adalah menurunkan defisit perdagangan kami dengan Jepang, menyingkirkan rintangan dagang dan semua bentuk rintangan supaya barang ekspor Amerika benar-benar mendapat keadilan dan landasan yang kuat."
Kedua pemimpin memang mengemukakan keinginan untuk menjalin perjanjian perdagangan bilateral setelah Trump menarik Amerika keluar dari Trans-Pacific Partnership (TPP) yang tadinya dipelopori oleh Tokyo dan Washington di bawah Presiden Obama.
"TPP akan memusnahkan industri dan banyak dari paberik kami. Kami tidak ikut dalam TPP, jadi yang disepakati negara lain sama sekali tidak mengikat bagi Amerika," tambahnya.
Dalam menjawab pertanyaan VOA, Trump mengatakan tidak apa-apa jika Abe bertindak sebagai penengah antara Amerika dan Iran.
"Saya tahu perdana menteri Abe dan Jepang mempunyai hubungan sangat baik dengan Iran, mari tunggu apa yang terjadi. Perdana Menteri Abe sudah membicarakan itu dengan saya, dan saya percaya Iran ingin berbicara dan kami juga ingin berbicara, jadi tunggulah bagaimana perkembangannya," kata Trump.
Ketegangan hubungan Amerika dengan Iran meningkat belakangan ini karena Trump mencabut pengecualian yang tadinya berlaku bagi pembeli terbesar minyak Iran untuk meneruskan pembelian sekalipun Amerika mengenakan sanksi baru terhadap Iran.
Di samping itu Trump juga meningkatkan kehadiran militer Amerika di kawasan Teluk sebagai jawaban atas yang disebutnya adanya ancaman dari Iran. (al)