Ketika Marie Yovanovitch memberikan kesaksian dalam sidang dengar pendapat penyelidikan pemakzulan hari Jumat (15/11), Presiden Donald Trump melancarkan serangan terhadap mantan duta besar Amerika untuk Ukraina itu lewat Twitter.
“Kemana pun Marie Yovanovitch pergi, situasi jadi buruk,” cuit Trump. ‘’Ia memulai di Somalia, bagaimana hasilnya ?’’
Trump secara salah menyatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy “telah menyampaikan hal-hal yang tidak baik tentang dirinya (Marie Yovanovitch, red.) dalam pembicaraan telepon kedua dengannya.”
Cuitan itu, yang dikritik oleh Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff, dinilai sebagai “intimidasi saksi secara langsung oleh Presiden Amerika,” merupakan salah satu yang terbaru dalam serangkaian serangan Trump terhadap saksi, pelapor, dan anggota-anggota Partai Demokrat yang terlibat dalam penyelidikan pemakzulan tersebut.
Trump menolak tuduhan telah mengintimidasi saksi dan menuduh Partai Demokrat tidak transparan.
“Partai Republik diperlakukan sangat buruk,” cuit Trump hari Jumat. Ia mengatakan Partai Demokrat tidak mengizinkan Partai Republik untuk menyampaikan pertanyaan atau mengajukan saksi, dan menyebut sidang itu “memalukan.”
Presiden menunjukkan bahwa ia tidak terintimidasi, ujar Vanessa Beasley yang mengajar retorika kepresidenan di Vanderbilt University. “Ia berusaha berkomunikasi bahwa ia tidak tersentuh, bahwa ia tidak dapat dihentikan,” ujarnya.
Strategi Trump itu bisa efektif, khususnya bagi basis pendukung setia Trump, yang menanggapi dengan baik presiden yang agresif itu, ujar Shannon O’Brien yang mengajar studi kepresidenan di Universitas Texas, di Austin.
Strategi Gedung Putih adalah “berteriak lebih keras dari tuduhan yang ada,” dan “buat asap sebanyak mungkin dan berharap agar orang tidak memperhatikan rinciannya,” ujar O’Brien dengan satir.
O’Brien mencatat bahwa pemerintah telah melakukan pekerjaan strategis selama beberapa tahun terakhir ketika mencap apa pun yang penting bagi presiden sebagai berita palsu, tidak dapat dipercaya dan tidak valid. “Saya rasa mereka akan berupaya mendorong hal ini terus,” tambahnya.
Jajak pendapat terbaru Politico/Morning Consult baru-baru ini yang dirilis sebelum dengar pendapat mendapat bahwa 81% pemilih yang disurvei mengatakan tidak ada atau sedikit kemungkinan mereka akan berubah pikiran mengenai penyelidikan pemakzulan. Dengan kata lain, orang sudah mengambil keputusan.
Jajak pendapat yang sama menyatakan bahwa 50% pemilih mendukung penyelidikan pemakzulan dan 41% lainnya menentang. (em/pp)