Presiden AS Donald Trump, Rabu (23/12), memperingatkan ia akan menyatakan “Iran bertanggung jawab” jika terjadi serangan fatal terhadap warga Amerika di Irak, sementara peringatan satu tahun tewasnya jenderal terkemuka Iran dalam serangan udara AS semakin dekat.
“Kedutaan besar kami di Baghdad dihantam beberapa roket hari Minggu,” sebut Trump di Twitter, mengacu pada serangan yang menyebabkan kerusakan namun tidak menimbulkan korban jiwa. “Tebak dari mana mereka berasal: IRAN,” lanjutnya, sebagaimana dilansir dari AFP.
“Sekarang kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap warga Amerika di Irak,” tambahnya sebelum memberikan “beberapa saran kesehatan yang bersahabat kepada Iran: jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan menganggap Iran bertanggung jawab. Pikirkan itu lagi.”
Menanggapi Trump, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mencuit pada hari Kamis (24/12), “Membuat warga Anda sendiri terancam di luar negeri tidak akan mengalihkan perhatian dari kegagalan luar biasa di dalam negeri.”
Ia juga melampirkan foto cuitan Trump bertahun-tahun lalu yang mengklaim bahwa mantan presiden Barack Obama akan memulai perang dengan Iran untuk terpilih kembali sebagai presiden, serta gambar grafik yang bertujuan untuk menunjukkan parahnya pandemi virus corona di AS.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menuding Teheran, sementara komando militer AS yang meliput kawasan itu menyatakan bahwa serangan roket itu “hampir pasti dilakukan oleh kelompok milisi nakal dukungan Iran.”
Disebutkan dalam sebuah pernyataan bahwa meskipun “tidak menyebabkan cedera atau korban jiwa, serangan itu merusak bangunan-bangunan di kompleks kedutaan AS, dan jelas tidak dimaksudkan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.”
“Amerika Serikat akan menyatakan Iran bertanggung jawab atas kematian warga Amerika akibat pekerjaan kelompok milisi nakal dukungan Iran ini,” lanjutnya.
Iran sebelumnya menanggapi dengan meminta pihak berwenang AS pada hari Senin agar tidak memicu “ketegangan.”
Trump memerintahkan serangan drone pada 3 Januari 2020 untuk membunuh jenderal berpengaruh Iran sewaktu korban berada di Baghdad. Serangan udara berlangsung setelah milisi-milisi dukungan Iran menembakkan roket ke target-target AS di Irak.
Setelah pembunuhan itu, seluruh kawasan tegang menunggu eskalasi yang tidak terkendali, yang pada akhirnya tidak terjadi.
Ketegangan meningkat lagi sementara peringatan satu tahun serangan menjelang dan pemimpin AS, dalam pekan-pekan terakhir masa jabatannya, tetap menggunakan pendekatan “tekanan maksimum” terhadap rezim Iran.
Washington belakangan ini mengurangi staf diplomatiknya di ibu kota Irak di tengah-tengah spekulasi bahwa AS mungkin juga akan menutup misinya. [uh/ab]