Presiden Amerika Donald Trump telah memerintahkan sanksi-sanksi tambahan terhadap Iran setelah menerima laporan bahwa Teheran kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan Sabtu lalu terhadap fasilitas-fasilitas minyak Arab Saudi.
Presiden Trump hari Rabu (19/9) menyatakan ia telah mengarahkan Menteri Keuangan Steven Mnuchin agar memperketat sanksi-sanksi yang diberlakukan sekarang ini. Ia juga menunjuk penasihat keamanan nasionalnya yang keempat kemarin.
Serangan-serangan pekan lalu terhadap fasilitas minyak Arab Saudi diklaim oleh pemberontak Houthi di Yaman. Akan tetapi para pejabat Amerika menyatakan mereka memiliki bukti bahwa misil-misil dalam serangan itu berasal dari Iran.
Presiden Amerika Donald Trump Rabu mengatakan ia telah memerintahkan Departemen Keuangan untuk meningkatkan sanksi-sanksi secara signifikan terhadap Teheran. Sebelumnya, ia mengeluarkan ancaman tersamar untuk melakukan pembalasan dengan aksi militer. Tetapi pada hari Rabu (18/9) ia menyatakan tidak tergesa-gesa untuk menyerang Iran.
"Ada banyak waktu untuk melakukan hal-hal pengecut. Mudah sekali untuk memulainya, dan kita lihat apa yang akan terjadi. Saya pikir kita memiliki cukup banyak modal yang bagus. Jika kita harus melakukan sesuatu, kita akan melakukannya tanpa ragu-ragu.”
Trump didampingi penasihat keamanan nasionalnya yang baru, Robert O'Brien, dalam kunjungannya ke California.
O’Brien mengemukakan,"Apapun saran yang saya berikan kepada presiden adalah hal yang saya sampaikan kepadanya secara rahasia, tetapi kami memantau situasi itu dengan cermat.”
Kementerian Pertahanan Arab Saudi Rabu memperlihatkan apa yang disebutnya sisa-sisa rudal jelajah dan pesawat nirawak (drone) Iran yang terlibat dalam serangan terhadap fasilitas-fasilitas minyak perusahaan Saudi Aramco.
Kolonel Turki al-Malki, juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi, mengemukakan, "Rezim Iran dan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), mereka sedang berusaha menyembunyikan bukti apapun.Mereka keliru. Kami memiliki banyak bukti terkait IRGC. Kami akan menyerahkannya kepada PBB dan melalui saluran yang tepat sesuai hukum internasional.”
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Riyadh. Ia menyebut kehancuran fasilitas minyak Aramco sebagai “tindakan perang” oleh Iran, terlepas dari arah mana rudal-rudal penyerang itu ditembakkan.
Teheran telah membantah keterlibatan apapun dalam serangan itu. Seorang juru bicara Houthi di Yaman mengatakan para pemberontak telah membangun kemampuan militer mereka.
"Sekarang dan untuk pertama kalinya kami umumkan bahwa kami memiliki puluhan target di dalam jangkauan kami di Uni Emirat Arab, beberapa di Abu Dhabi, yang dapat diserang kapan saja,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Saria.
Para pemimpin Liga Arab memperingatkan Iran agar menghentikan campur tangannya di Yaman.
Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengemukakan, "Telah semakin jelas pada periode lalu bahwa Houthi tidak dapat mengambil keputusannya sendiri, tetapi menerima perintah dari negara lain. Kami mengulangi seruan kepada Iran agar menarik tangannya keluar dari Yaman dan untuk berhenti mendukung milisi dengan uang dan senjata.”
Konflik empat tahun di Yaman dianggap banyak kalangan sebagai perang proksi antara Iran dan Arab Saudi. [uh/ab]