“Peringatan jelas” presiden terpilih Amerika Donald Trump kepada Korea Utara menunjukkan bahwa ia menyadari urgensi ancaman yang ditimbulkan program nuklir Korea Utara dan tidak akan mengubah kebijakan memberlakukan sanksi terhadap negara terkucil itu, kata Korea Selatan, Selasa (3/1).
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Minggu (1/1) mengatakan negaranya hampir siap melakukan uji coba peluncuran misil balistik antar benua, sehingga meningkatkan kemungkinan untuk menjangkau bagian-bagian wilayah Amerika. Trump menepiskan pernyataan itu dan mengatakan melalui Twitter, “[Hal] Itu tidak akan terjadi.”
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan bahwa komentar Trump itu, yang pertama mengenai isu nuklir Korea Utara sejak menang dalam pemilihan bulan November, dapat ditafsirkan sebagai peringatan jelas kepada Korea Utara.
“Berkat pendekatan aktif yang kami lakukan, presiden terpilih Trump dan para pejabat Amerika jelas menyadari keseriusan dan urgensi ancaman nuklir Korea Utara,” kata juru bicara Kementerian Cho June-hyuk dalam sebuah briefing.
Kementerian Luar Negeri Amerika mengatakan tahu bahwa Korea Utara mengupayakan teknologi nuklir dan misil balistik. Juru bicara Kemlu AS John Kirby mengatakan, “Kami tidak tahu apakah saat ini Korea Utara punya kemampuan untuk memasang kepala peluru nuklir pada salah satu misil, tetapi kami tahu bahwa ia ingin memiliki kemampuan itu dan program diteruskan ke arah itu.”
Trump tidak pernah membeberkan kebijakan mengenai Korea Utara, tetapi dalam kampanye pemilu ia pernah mengatakan bersedia berbicara dengan Kim Jong-un jika ada kesempatan. Juru bicara Trump, Kellyanne Conway mengatakan dalam acara televisi ABC Good Morning America bahwa Trump memperingatkan Korea Utara melalui cuitan Twitter dan pernyataan-pernyataan lain bahwa itu tidak akan terjadi.
Sebagai presiden, tambah Conway, Trump akan menghalangi Korea Utara memiliki misil nuklir, yang menurut pakar dapat menjangkau kota Seattle. “Kita tahu ada sanksi yang dapat diberlakukan,” kata Conway. “Sanksi tidak selalu mendatangkan hasil, dan saya kira China harus memegang peran penting juga dalam hal ini.”
Trump mengecam China dalam isu ini. Hari Senin ia mengatakan bahwa China telah menikmati manfaat dari hubungan ekonominya dengan Amerika tetapi tidak mau menggunakan pengaruhnya untuk membantu mengendalikan Korea Utara.
Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, China menyerukan denuklirisasi Semenanjung Korea. “Upaya China dalam hal ini sangat jelas,” kata Geng dalam jumpa pers. “Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB kami secara pro-aktif berpartisipasi dalam diskusi mengenai isu nuklir Korea Utara dan telah ikut meloloskan beberapa resolusi bersama pihak-pihak lain. “Ini menunjukkan sikap China yang bertanggung jawab.”
Ditanya mengenai pendapat Trump bahwa China tidak membantu untuk membendung ambisi nuklir Korea Utara, John Kirby menjawab, “Saya tidak sependapat dengan penilaian itu.”
Amerika telah bertahun-tahun menolak seruan Korea Utara untuk berunding, dengan menegaskan bahwa Korea Utara terlebih dahulu harus meninggalkan program nuklirnya. Amerika dan Korea Selatan menanggapi dua uji coba nuklir dan berbagai uji coba misil Korea Utara tahun lalu dengan sanksi yang semakin berat.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara akhir bulan November setelah Pyongyang melakukan uji coba nuklir kelima dan terbesar bulan September.
Misil jelajah antar benua Korea Utara, jika telah dikembangkan sepenuhnya, dapat mengancam wilayah Amerika, yang terletak kita-kita 9 ribu kilometer di utara.
Misil antar benua memiliki daya jelajah minimal sekitar 5.500 kilometer, tetapi ada yang dirancang untuk memiliki daya jangkau 10 ribu kilometer atau lebih.
Pakar-pakar senjata internasional mengatakan hari Senin, tahun lalu Korea Utara mengembangkan komponen-komponen misil antar benua, dan mengatakan sudah mendekati peluncuran uji coba. (ds)