Presiden Amerika Donald Trump tampaknya semakin frustrasi dengan meningkatnya masalah hukum yang dihadapinya, yang membayangi pencapaian kebijakan ekonomi dan luar negerinya. Trump hari Jumat (4/5) menyampaikan keluhan kepada wartawan tentang pertanyaan-pertanyaan terkait pembayaran yang dilakukan terhadap seorang bintang film porno dan terus berlanjutnya penyelidikan tentang Rusia, yang mengalihkan perhatian dari peningkatan ekonomi Amerika dan kemungkinan terobosan yang dicapai dalam hubungan dengan Korea Utara.
Bagi Presiden Trump, hari ini adalah satu lagi hari di mana ia harus menangkis pertanyaan-pertanyaan tentang masalah hukum yang dihadapinya.
“Negeri ini sekarang berjalan sangat lancar. Membesar-besarkan omong kosong seperti itu dan terus menerus mencari-cari kesalahan… itu saja yang terus ingin Anda bicarakan,” kata Trump.
Trump merujuk pada pernyataan terbaru pengacara barunya, Rudy Giuliani, yang mengukuhkan bahwa Trump telah mengganti uang yang digunakan pengacara pribadinya, Michael Cohen, untuk membayar uang tutup mulut kepada bintang film porno Stormy Daniels. Giuliani menyampaikan hal ini dalam wawancara televisi Fox News.
“Ini untuk alasan pribadi. Presiden dirugikan secara pribadi, bukan secara politik, secara pribadi… dan juga ibu negara, karena beberapa tuduhan palsu,” ujar Giuliani.
Stormy Daniels mengklaim memiliki hubungan singkat dengan Donald Trump pada tahun 2006, yang telah disangkal presiden. Bulan lalu di dalam pesawat Air Force One, Presiden Trump membantah bahwa ia tahu tentang pembayaran uang tutup mulut yang dilakukan Cohen kepada Daniels.
Trump bicara tentang pernyataan Giuliani itu di luar Gedung Putih Jumat lalu.
“Jadi Rudy (Giuliani) tahu bahwa ini upaya mencari-cari kesalahan. Ia mulai menjadi pengacara saya kemarin. Ia akan mempelajari semua faktanya. Ia orang luar biasa,” puji Trump.
Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa ia terbuka untuk bicara dengan jaksa penyidik khusus Robert Mueller selama ia mendapat perlakuan adil.
Tetapi menurut pakar hukum di Universitas George Washington Paul Schiff Berman, pernyataan yang berubah-ubah tentang berbagai kontroversi hukum yang melilitnya, menambah pertanyaan tentang kredibilitas kesaksian apapun yang disampaikan presiden pada masa depan.
“Dalam proses hukum apapun yang terjadi nanti, jika Trump harus memberi kesaksian di bawah sumpah untuk apapun juga, itu tampaknya akan menimbulkan masalah baginya,” tukas Berman.
Di Gedung Putih, Trump Kamis lalu (3/5) juga berbicara dengan para pemimpin agama. Banyak penginjil Kristen tetap sangat setia pada presiden Trump, meskipun muncul pertanyaan-pertanyaan tentang karakternya.
Salah seorang diantaranya adalah pendeta Franklin Graham.
“Saya berpendapat Trump terpilih menjadi presiden bukan karena suatu kesalahan atau kebetulan saja. Saya yakin Tuhan menempatkannya pada posisi ini,” ujarnya.
Pengamat politik John Fortier mengatakan tantangan hukum Trump tampaknya telah mempertajam perpecahan politik di Amerika terkait kepresidenannya.
“Kedua belah pihak sama-sama keras pendiriannya. Saya pikir penyelidikan ini berdampak buruk pada presiden, tetapi saya tidak menilai kedua pihak akan berubah mengubah pendirian. Tidak ada perkembangan yang membuat mereka berubah pendapat, tidak jelas berapa lama penyelidikan ini akan berlangsung,” ulas Fortier.
Seolah-olah menggarisbawahi kokohnya pendirian kedua pihak, Trump hari Jum’at mendapat sambutan hangat dari Asosiasi Senjata Api Amerika NRA dalam pertemuan di Dallas; suatu hal yang mengingatkan bahwa para pendukung Trump masih mendukungnya dengan kuat meski ada kekhawatiran tentang meningkatnya masalah hukum yang mungkin dihadapinya. [em/ds]