Kedumim adalah komunitas kecil yang mayoritas penghuninya komuter di bagian utara Tepi Barat yang dibangun pada pertengahan 1970-an. Daniella Weiss, seorang tokoh pemukim, dan anak-anaknya adalah salah satu keluarga Yahudi pertama yang tinggal di Kedumim. Mereka tinggal di tenda-tenda tanpa aliran air bersih.
Sekarang ini, ia berharap presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump akan menerima kedaulatan penuh dan pencaplokan permukiman Tepi Barat, tanpa ada ketentuan mengenai negara Palestina.
“Presiden Amerika Serikat yang mengatakan ‘saya akan memberi Anda hadiah. Saya akan memberi Anda kedaulatan, tetapi Anda tidak boleh membahasnya.’ Tidak, ini semua milik kita. Harus mampu mengatakan bahwa ini semua milik kita, mengapa? Karena ini adalah janji Tuhan kepada Abraham,” katanya.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich juga tinggal di sana. Ia memperkirakan bahwa pada 2025, Israel akan menganeksasi daerah yang dikenal sebagai Area C, yakni 60 persen wilayah Tepi Barat yang berisi permukiman Yahudi dan tempat tinggal bagi lebih dari 500 ribu pemukim. Dua setengah juta orang Palestina kebanyakan tinggal di daerah yang ditetapkan sebagai Area A dan B di Tepi Barat yang berada di bawah kendali sebagian atau penuh Otoritas Palestina.
Aneksasi Israel terhadap wilayah sengketa ini menonjol dalam kebijakan Timur Tengah pada masa jabatan pertama Trump, yang mengakui kontrol Israel atas Dataran Tinggi Golan. Mike Huckabee, yang ditunjuk Trump sebagai duta besar Israel, telah lama mendukung kuat permukiman Yahudi di Tepi Barat. Seperti halnya para pemukim Yahudi, ia menyebut teritori itu berdasarkan namanya di Alkitab, Yudea dan Samaria.
“Saya mengakui Yudea dan Samaria sebagai bagian dari Israel. Dan saya percaya bahwa yang terpenting adalah kita menyadari ada lebih banyak orang Yahudi tinggaI di Yudea dan Samaria daripada yang disadari kebanyakan orang, dan jumlahnya signifikan. Ini merupakan bagian penting dari keamanan Israel,” sebut Huckabee.
Sebagian analis, termasuk yang tinggal di Tepi Barat, mengatakan, Israel harus berhati-hati soal aneksasi wilayah secara sepihak.
Hodaya Karish-Hazony, koresponden diplomatik surat kabar garis keras Makor Rishon, mengatakan, “Kalau Anda benar-benar mengira dan saya pikir juga demikian, bahwa kedaulatan adalah salah satu hal yang dapat membuat Israel benar-benar aman dan terjamin masa depannya, Anda harus melakukannya secara bijak dan Anda harus melakukannya bersama-sama dengan pemerintah Amerika.”
Para pemukim lain khawatir keputusan untuk menganeksasi sebagian Tepi Barat dapat menyebabkan kerusuhan lebih lanjut. Hanan Moses, profesor ilmu politik di Herzog College yang tinggal di Kedumim, mengatakan, “Saya pribadi mendukung aneksasi, tetapi saya tidak ingin ini membuat masyarakat terpecah belah lagi. Sudah ada gerakan permukiman yang kuat di sini. Tetapi kelompok kiri menentangnya. Perpecahan di antara kita melemahkan kita.”
Sebagian tokoh pemukim, termasuk Daniella Weiss, bahkan ingin melangkah lebih jauh daripada sekadar aneksasi Tepi Barat. Mereka mengatakan mereka telah bersiap-siap untuk membangun permukiman Yahudi di Jalur Gaza yang dievakuasi pada tahun 2005. [uh/ab]
Forum