LONDON —
Menteri Pembangunan Internasional Inggris, Justine Greening mengatakan akan menahan dana bantuan sebesar 30 juta dolar, karena adanya laporan yang dipercaya dan mendesak terkait upaya Rwanda yang mendukung pasukan pemberontak yang aktif di Republik Demokratik Kongo atau DRC.
Badan pakar PBB mengatakan, baik Rwanda maupun Uganda menyediakan bantuan materi kepada kelompok pemberontak M23, tuduhan yang disangkal oleh kedua negara itu.
Kelompok pemberontak M23 dibentuk awal tahun ini, dan melakukan serangan merajarela akhir-akhir ini di DRC bagian Timur, dan menguasai ibukota Goma di Kongo Timur.
Peneliti senior Rwanda pada Human Right Watch, Carina Tertsakian menyambut baik keputusan yang diambil Inggris.
“Menteri Pembangunan Internasional Inggris mengirim pesan yang sangat jelas kepada pemerintah Rwanda, untuk menghentikan dukungan terhadap pembrontak M23 yang melakukan kekejaman di Kongo,” ujarnya.
Sekitar 40 persen anggaran negara Rwanda berasal dari bantuan internasional.
Inggris menahan dana bantuan untuk Rwanda itu pada bulan Juli, karena negara itu diduga membantu kegiatan DRC, namun kemudian memberikan dana tersebut pada bulan September lalu.
Negara-negara Uni Eropa, Amerika, Jerman, Belanda dan Swedia juga menghentikan bantuan mereka.
James Putzel dari London School of Economics mengatakan, penghentian bantuan untuk Rwanda itu, bukanlah suatu cara untuk mengatasi krisis di wilayah itu. “Menghentikan bantuan itu merupakan pukulan besar dan dapat membahayakan pembangunan paling efektif sub-sahara Afrika selama satu dasawarsa terakhir,” ujarnya.
Seiring dengan penghentian bantuan untuk Rwanda itu, pemerintah Inggris mengatakan hari Jumat (30/11), akan memberi tambahan sekitar 30 juta dolar kepada DRC untuk kebutuhan kemanusiaan yang mendesak.
Menurut Putzel Inggris salah memberikan perhatian, karena yang seharusnya dikhawatirkan justru bantuan yang diberikannya kepada pemerintah Kongo.
Lebih dari seminggu setelah menguasai Goma, kelompok pemberontak menyatakan siap untuk mundur hari Jumat (30/11), namun belum ada tanda-tanda adanya penarikan pasukan dalam jumlah besar.
Pemerintah Kongo menuduh kelompok pemberontak membunuh puluhan orang di Goma dan melukai ratusan lainnya, tuduhan yang disangkal oleh kelompok M23.
Badan pakar PBB mengatakan, baik Rwanda maupun Uganda menyediakan bantuan materi kepada kelompok pemberontak M23, tuduhan yang disangkal oleh kedua negara itu.
Kelompok pemberontak M23 dibentuk awal tahun ini, dan melakukan serangan merajarela akhir-akhir ini di DRC bagian Timur, dan menguasai ibukota Goma di Kongo Timur.
Peneliti senior Rwanda pada Human Right Watch, Carina Tertsakian menyambut baik keputusan yang diambil Inggris.
“Menteri Pembangunan Internasional Inggris mengirim pesan yang sangat jelas kepada pemerintah Rwanda, untuk menghentikan dukungan terhadap pembrontak M23 yang melakukan kekejaman di Kongo,” ujarnya.
Sekitar 40 persen anggaran negara Rwanda berasal dari bantuan internasional.
Inggris menahan dana bantuan untuk Rwanda itu pada bulan Juli, karena negara itu diduga membantu kegiatan DRC, namun kemudian memberikan dana tersebut pada bulan September lalu.
Negara-negara Uni Eropa, Amerika, Jerman, Belanda dan Swedia juga menghentikan bantuan mereka.
James Putzel dari London School of Economics mengatakan, penghentian bantuan untuk Rwanda itu, bukanlah suatu cara untuk mengatasi krisis di wilayah itu. “Menghentikan bantuan itu merupakan pukulan besar dan dapat membahayakan pembangunan paling efektif sub-sahara Afrika selama satu dasawarsa terakhir,” ujarnya.
Seiring dengan penghentian bantuan untuk Rwanda itu, pemerintah Inggris mengatakan hari Jumat (30/11), akan memberi tambahan sekitar 30 juta dolar kepada DRC untuk kebutuhan kemanusiaan yang mendesak.
Menurut Putzel Inggris salah memberikan perhatian, karena yang seharusnya dikhawatirkan justru bantuan yang diberikannya kepada pemerintah Kongo.
Lebih dari seminggu setelah menguasai Goma, kelompok pemberontak menyatakan siap untuk mundur hari Jumat (30/11), namun belum ada tanda-tanda adanya penarikan pasukan dalam jumlah besar.
Pemerintah Kongo menuduh kelompok pemberontak membunuh puluhan orang di Goma dan melukai ratusan lainnya, tuduhan yang disangkal oleh kelompok M23.