KUALA LUMPUR —
Tersangka pemberontak di Filipina menculik seorang turis China dan seorang resepsionis hotel dari sebuah resor selam di bagian Timur Malaysia dan melarikan diri dengan kapal cepat, menurut para pejabat Malaysia dan Filipina, Kamis (3/4).
Penculikan yang terjadi Rabu malam itu menggaris bawahi ancaman kemanan yang terus terjadi di negara bagian Sabah, tujuan wisata populer yang dekat dengan Filipina selatan, yang telah lama menjadi basis militan Muslim dan geng penculikan.
Enam pria bersenjata pistol menggerebek Singamata Reef Resort, menurut laporan polisi. Polisi menyatakan korban adalah perempuan China berusia 28 tahun asal Shanghai, sementara resepsionis adalah perempuan warga negara Filipina berusia 40 tahun.
Resor Singamata adalah tempat wisata populer bagi turis China di distrik Semporna, dengan tempat-tempat penginapan dan restoran di atas air, membuatnya sulit dilindungi dari penyerang arah laut.
Para penyerang diyakini berasal dari Abu Sayyaf, kelompok Muslim Filipina militan yang telah melakukan penculikan di wilayah laut untuk mendapatkan tebusan di wilayah tersebut sebelumnya, menurut pejabat intelijen Filipina.
November lalu, tersangka militan Abu Sayyaf menewaskan turis Taiwan dan menculik istrinya dari sebuah resort di daerah Semporna. Perempuan itu dibebaskan sebulan kemudian di Filipina selatan.
Unit keamanan maritim dan anti-penculikan Filipina sedang bekerja sama dengan pihak berwenang di Malaysia untuk mencapai “solusi cepat kasus tersebut,” menurut Departemen Luar Negeri Filipina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan konsulat China di kota Kuching telah memobilisasi staf untuk menangani penculikan itu dan mendesak otoritas lokal untuk menjami keselamatan warga China.
Penculikan ini terjadi di tengah situasi rapuh dalam hubungan China-Malaysia. Banyak warga China yang marah dengan cara Malaysia menangani pencarian pesawat Malaysia yang hilang, yang sebagian besar penumpang di dalamnya berasal dari China.
Para kerabat penumpang China menuduh para pejabat Malaysia menyembunyikan informasi kunci dalam pencarian pesawat yang hilang pada 8 Maret tersebut. Dalam beberapa protes, para anggota keluarga menyebut para pejabat Malaysia "pembunuh."
Insiden pesawat itu telah menyebabkan reaksi negatif terhadap Malaysia di China, dengan banyak tokoh ternama di negara itu bersumpah tidak akan mengunjungi Malaysia. Turis-turis China saat ini mencakup 10 persen dari seluruh turis ke Malaysia. (VOA/AP)
Penculikan yang terjadi Rabu malam itu menggaris bawahi ancaman kemanan yang terus terjadi di negara bagian Sabah, tujuan wisata populer yang dekat dengan Filipina selatan, yang telah lama menjadi basis militan Muslim dan geng penculikan.
Enam pria bersenjata pistol menggerebek Singamata Reef Resort, menurut laporan polisi. Polisi menyatakan korban adalah perempuan China berusia 28 tahun asal Shanghai, sementara resepsionis adalah perempuan warga negara Filipina berusia 40 tahun.
Resor Singamata adalah tempat wisata populer bagi turis China di distrik Semporna, dengan tempat-tempat penginapan dan restoran di atas air, membuatnya sulit dilindungi dari penyerang arah laut.
Para penyerang diyakini berasal dari Abu Sayyaf, kelompok Muslim Filipina militan yang telah melakukan penculikan di wilayah laut untuk mendapatkan tebusan di wilayah tersebut sebelumnya, menurut pejabat intelijen Filipina.
November lalu, tersangka militan Abu Sayyaf menewaskan turis Taiwan dan menculik istrinya dari sebuah resort di daerah Semporna. Perempuan itu dibebaskan sebulan kemudian di Filipina selatan.
Unit keamanan maritim dan anti-penculikan Filipina sedang bekerja sama dengan pihak berwenang di Malaysia untuk mencapai “solusi cepat kasus tersebut,” menurut Departemen Luar Negeri Filipina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan konsulat China di kota Kuching telah memobilisasi staf untuk menangani penculikan itu dan mendesak otoritas lokal untuk menjami keselamatan warga China.
Penculikan ini terjadi di tengah situasi rapuh dalam hubungan China-Malaysia. Banyak warga China yang marah dengan cara Malaysia menangani pencarian pesawat Malaysia yang hilang, yang sebagian besar penumpang di dalamnya berasal dari China.
Para kerabat penumpang China menuduh para pejabat Malaysia menyembunyikan informasi kunci dalam pencarian pesawat yang hilang pada 8 Maret tersebut. Dalam beberapa protes, para anggota keluarga menyebut para pejabat Malaysia "pembunuh."
Insiden pesawat itu telah menyebabkan reaksi negatif terhadap Malaysia di China, dengan banyak tokoh ternama di negara itu bersumpah tidak akan mengunjungi Malaysia. Turis-turis China saat ini mencakup 10 persen dari seluruh turis ke Malaysia. (VOA/AP)