Turki, Senin (8/6), memerintahkan penahanan 149 orang, umumnya dari pasukan keamanan, atas dugaan memiliki hubungan dengan sebuah jaringan yang menurut Ankara mengupayakan kudeta yang gagal pada 2016, kata kantor berita pemerintah Anadolu.
Anadolu memberitakan, Kantor Kejaksaan Provinsi Balikesir, memerintahkan penahanan 74 orang, yang semuanya telah dipecat dari keanggotaan mereka di pasukan keamanan, termasuk enam mantan kepala polisi.
Menurut kantor berita itu pula, Kantor Kejaksaan Provinsi Gaziantep memerintahkan penahanan 33 orang, termasuk 24 anggota pasukan keamanan yang masih aktif, sementara Kantor Kejaksaan Provinsi Bursa memerintahkan penahanan 42 orang, termasuk enam tentara yang masih aktif bertugas.
Pemerintah terus melangsungkan penumpasan terhadap para pengikut ulama Fethullah Gulen yang kini tinggal di AS sejak kudeta yang gagal pada Juli 2016, yang menewaskan 250 orang. Gullen sendiri membantah terlibat. Mantan sekutu Presiden Tayyip Erdogan itu kini hidup mengasingkan diri di Pennsylvania sejak 1999.
Sejak kudeta yang gagal itu, sekitar 80.000 telah ditahan, dan sekitar 150.000 pegawai negeri, personel milter dan lain-lain dipecat atau diberhentikan untuk sementara waktu.
Sekutu-sekutu Barat Turki mengecam skala penumpasan itu, sementara Ankara membela tindakannya sebagai tanggapan penting terhadap ancaman keamanan.
Erdogan telah bertahun-tahun menuduh para pendukung Gullen membangun “pemerintah bayangan” dengan menginfiltrasi kepolisian, pengadilan, militer dan lembaga-lembaga pemerintah lain. [ab/uh]