Turki pada Sabtu (4/11) mengatakan memanggil pulang duta besarnya untuk Israel dan memutuskan kontak dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai protes atas pertumpahan darah di Gaza.
Ankara mengumumkan keputusan tersebut menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke Turki.
Sekutu Palestina, Turki, berusaha memperbaiki hubungan yang rusak dengan Israel hingga akhirnya harus kandas sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.
Ankara mempertegas sikapnya terhadap Israel dan para pendukungnya di Barat – khususnya AS – ketika skala pertempuran terus meningkat dan jumlah korban tewas di kalangan warga sipil Palestina melonjak.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan duta besar Sakir Ozkan Torunlar dipanggil pulang untuk berkonsultasi. Konsultasi dilakukan karena "mengingat tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza yang disebabkan oleh serangan terus-menerus oleh Israel terhadap warga sipil, dan penolakan Israel (untuk menerima usulan) gencatan senjata.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut langkah tersebut sebagai “langkah lain dari Presiden Turki yang berpihak pada organisasi teroris Hamas.”
Namun Hamas mengeluarkan pernyataan yang memuji keputusan tersebut dan mendesak Turki “untuk memberikan tekanan pada Presiden (Joe) Biden dan pemerintahannya” sehingga “bantuan kemanusiaan dan medis dapat menjangkau orang-orang yang terkepung di Jalur Gaza.”
Pasukan Israel mengepung kota terbesar di Gaza sebagai upaya menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan ke Israel yang diklaim menewaskan sekitar 1.400 orang – sebagian besar warga sipil – dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sekitar 9.500 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak –tewas akibat serangan udara dan invasi darat Israel yang semakin intensif.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada para wartawan bahwa dia menganggap Netanyahu secara pribadi bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah korban warga sipil di Jalur Gaza.
“Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami mengabaikannya,” media Turki mengutip pernyataan Erdogan.
'Hentikan Ini’
Kementerian Luar Negeri Israel pada akhir pekan lalu mengatakan pihaknya “mengevaluasi kembali” hubungan dengan Ankara karena retorika Turki yang semakin memanas mengenai perang Israel-Hamas.
Sebelumnya Israel telah menarik semua diplomat dari Turki dan negara-negara regional lainnya sebagai tindakan pencegahan keamanan.
Erdogan mengatakan pada Sabtu (4/11) bahwa Turki tidak mampu sepenuhnya memutuskan kontak diplomatik antara kedua pihak.
“Memutus hubungan sama sekali tidak mungkin dilakukan, terutama dalam diplomasi internasional,” kata Erdogan.
Dia mengatakan bahwa kepala badan intelijen MIT, Ibrahim Kalin, ditunjuk menjadi representasi Turki untuk memediasi diakhirinya perang.
“Ibrahim Kalin sedang berbicara dengan pihak Israel. Tentu saja dia juga sedang bernegosiasi dengan Palestina dan Hamas,” kata Erdogan.
Namun dia mengatakan Netanyahu memikul tanggung jawab utama atas kekerasan tersebut dan telah "kehilangan dukungan dari warganya sendiri.”
“Yang perlu dia lakukan adalah mengambil langkah mundur dan menghentikan hal ini,” kata Erdogan.
Pemimpin Turki tersebut mengambil sikap yang jauh lebih hati-hati pada hari-hari pertama perang.
Israel dan Turki baru tahun lalu setuju untuk mengangkat kembali duta besar mereka setelah satu dekade tidak menjalin hubungan baik.
Mereka juga melanjutkan diskusi mengenai proyek pipa gas alam yang didukung AS yang dapat menjadi landasan bagi kerja sama yang lebih jangka panjang di tahun-tahun mendatang. [ah/ft]
Forum