Twitter, yang telah lama dikritik sebagai sarang pelecehan daring, memperluas cara untuk mengurangi jumlah penyalahgunaan yang dilihat pengguna dan memudahkan pelaporan tindakan tersebut.
Twitter mengatakan hari Selasa (15/11) bahwa media sosial itu menambah fungsi fitur "mute" agar pengguna tidak perlu melihat cuitan-cuitan dari akun-akun yang tidak mereka sukai. Saat ini, para pengguna dapat menyaring kata kunci, frase dan perbincangan sehingga mereka tidak mendapat notifikasi mengenai hal-hal itu. Para pengguna yang memutuskan menyaring hal-hal itu tidak akan melihatnya.
Kata-kata, frase dan perbincangan tersebut masih akan tetap ada di Twitter, dan mereka yang tidak meng-klik fitur "mute" akan terus melihatnya. Tapi perusahaan tersebut juga mempermudah pelaporan aksi penuh kebencian, dan mengatakan telah melatih ulang tim-tim pendukung mengenai kebijakan-kebijakan media sosial itu dan tindakan penuh kebencian.
Serangan mudah tersebar di Twitter akibat sifatnya yang terbuka dan terjadi saat itu juga (real-time), dimana cuitan-cuitan dengan mudah diamplifikasi lewat "retweet" dan pengguna dapat dengan mudah dan terbuka menyerang orang lain.
Meski Twitter melarang "tindakan spesifik yang menarget orang-orang berdasarkan ras, etnisitas, asal negara, orientasi seksual, gender, identitas gender, agama, usia, disabilitas, atau penyakit," kebijakan ini tidak cukup untuk membasmi pelecehan atau serangan. [hd]