Uber, aplikasi smartphone layanan panggilan mobil, bulan ini melaporkan bahwa mereka mendapatakan satu juta penumpang setiap harinya di China.
Perusahaan Uber sedang melakukan upaya agresif untuk memenangkan konsumen China dan bersaing dengan saingan lokal.
Uber, perusahaan dari San Francisco, baru memasuki pasaran China dua tahun yang lalu. Namun ekspansi yang cepat merubah layanan taksi di seluruh China.
Dan seperti pada pasar lain di seluruh dunia di mana uber telah menjungkirbalikan layanan mobil pribadi dan taksi tradisional, sopir-sopir yang sudah bekerja lama mengeluh.
Menurut Jun Zhu, sopir taksi asal Beijing, Uber, di mana sopir pribadi menggunakan kendaraan sendiri untuk menawarkan layanan antar, menyulitkannya mencari pelanggan dan mencari nafkah.
Jin mengatakan, bukannya mereka tidak dapat menemukan pelanggan, namun pelanggan tidak sebanyak sebelumnya. Menurutnya, sekarang makin sulit bagi pengemudi taksi untuk menghasilkan uang.
Saingan China
Didi Kuaidi, saingan lokal terbesar Uber, saat ini menguasai 80 persen pasaran China dan memiliki dukungan dari perusahaan Internet raksasa di China yaitu Alibaba dan Tencent.
Lain dengan Uber, Didi Kuaidi juga menawarkan layanan taksi lokal bukan hanya layanan mobil pribadi.
Uber sedang bekerja untuk meraih pangsa melalui diskon besar-besaran sebanyak 35 persen lebih murah daripada taksi, serta menawarkan bonus untuk pengemudi Uber.
Uber mengatakan bahwa mereka telah menciptakan lebih dari 60.000 perkerjaan di China. Awal bulan ini, Uber mengumumkan bahwa mereka berencana mengeluarkan dana sebesar 1 miliar dolar untuk memperluas operasi mereka di China.
“Sepertinya, sejauh ini, dengan segala sesuatu yang sudah mereka lakukan, mereka cukup agresif tentang investasi mereka. Kini Uber bekerjasama dengan Baidu yang sudah memberi mereka banyak dana tambahan,” ujar Ben Cavendar, analis dari China Market Research.
“Tantangan di China, yang tidak ditemukan di pasar lain di Eropa dan Asia, adalah sudah banyak pesaing lokal di sini,” ujar Cavendar.
CEO Uber, Travis Kalanic, sering mengunjungi China untuk memimpin ekspansi Uber di negeri China.
Dalam pidato-pidatonya, Kalanick optimis mengenai peluang perusahaan Uber, walaupun banyak perusahaan teknologi baru di Barat mengalami banyak hambatan dalam menguasai konsumen China.
Namun kompetitor China juga tertarik memimpin pasar besar layanan panggilan mobil ini.
Minggu lalu, saingan Uber, Didi Kuaidi mengatakan mereka sedang meningkatkan pendanaan baru senilai setidaknya 1,5 miliar dolar dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai salah satu perusahaan startup Internet China paling bernilai tinggi.
Selagi para perusahaan tersebut sedang bersaing, para konsumen menikmati persaingan tersebut.
Menggunakan aplikasi
Jennifer Hong, seorang mahasiswa, sering menggunakan kedua layanan panggilan mobil tersebut.
Hong mengatakan ia lebih sering menggunakan Didi Dache, aplikasi panggilan mobil milik Didi Kuaidi daripada Uber. Menurutnya, cukup mudah mendapatkan taksi di Beijing ketika cuaca tidak terlalu buruk.
Sama seperti di pasar lainnya, banyak protes terhadap Uber di China.
Beberapa sopir menentang tarif Uber yang sangat murah karena kini lebih sulit bagi sopir taksi untuk bersaing. Pihak berwenang di China juga sudah menggerebek beberapa kantor Uber, menuduh perusahaan tersebut beroperasi tanpa ijin yang tepat.
Namun, sejauh ini, protes para sopir belum menghentikan kemajuan perusahaan-perusahaan tersebut di China.
Kalanick juga mengatakan Uber berencana memperluas layanannya ke lebih dari 50 kota di China tahun depan.