Para petugas kesehatan di Uganda berkemas menghadapi yang penyakit Ebola yang menjalar ke negeri itu dari Republik Demokratik Kongo. Para petugas medis mempertaruhkan nyawa mereka untuk menghentikan virus mematikan yang telah menyebabkan 1.400 orang di Kongo dan dua lainnya di Uganda meninggal dunia.
Petugas medis di Uganda, Masereka Robinson, setiap hari mendatangi keluarga-keluarga di Kisinga untuk memberi informasi tentang Ebola, termasuk keluarga yang membawa virus mematikan itu ke Uganda.
Tindakan menjenguk anggota keluarga yang tertular Ebola di Republik Demokratik Kongo, negara tetangga Uganda, telah membuat keluarga itu kehilangan anak dan nenek, yang juga tertular penyakit itu.
Dengan bantuan WHO, para petugas medis Uganda telah memvaksinasi mereka yang melakukan kontak dengan penderita Ebola, termasuk diri mereka sendiri.
Benjamin Sensasi, petugas bidang promosi kesehatan dan komunikasi WHO mengatakan, “Dengan wabah ini, kita kembali memvaksinasi para petugas medis, khususnya mereka yang sebelumnya mungkin belum divaksinasi. Juga para petugas di garis depan. Tidak harus petugas medis. Siapapun yang bekerja mengatasi Ebola harus divaksinasi. Misalnya orang yang bekerja melakukan pemindaian di perbatasan, sukarelawan Palang Merah, tim kesehatan di desa, dan lain-lain.”
Uganda sudah memvaksinasi sekitar 5.000 petugas medis. Tetapi, meskipun rumah sakit dan pusat-pusat perawatan dan pengujian siap menghadapi Ebola ini, seorang petugas medis di Kisinga, Robinson Masereka, mengatakan di tingkat desa ada kekurangan pasokan medis.
“Di fasilitas ini tentu saja tidak ada sarung tangan, tidak ada masker atau penutup mulut dan hidung, yang penting untuk memastikan bahwa kita terlindungi,” paparnya.
Geoffrey Mbusa, Koordinator Tim Kesehatan Desa di Kagando mengatakan telah bekerja lembur untuk berupaya mengendalikan gerakan warga desa yang diduga telah melakukan kontak dengan Ebola di komunitas di sepanjang perbatasan yang diduga telah tertular.
“Seharusnya tidak ada gerakan yang seperti mengunjungi keluarga lain. Kami sudah mengatakan kepada warga, kalau pun ada kerabat yang jatuh sakit, sebaiknya tidak dijenguk hingga 21 hari, setidaknya hingga kami mengatakan ‘ok sekarang aman,” kata Mbusa.
Petugas medis mendirikan unit isolasi di RS. Bwera di mana mereka memantau ketat dua perawat yang sebelumnya telah melakukan kontak dengan keluarga yang tertular Ebola.
Tepat di seberang perbatasan, petugas kesehatan di Republik Demokratik Kongo berjuang melawan wabah Ebola terburuk kedua dalam sejarah, yang sejauh ini telah menulari lebih dari 2.000 orang dan menewaskan dua per tiga diantaranya.
Petugas medis di Uganda berharap vaksinasi dan peningkatan prosedur pemindaian dapat mencegah meluasnya wabah ini lebih jauh lagi. (em/al)